'Children Learn What They Live'
If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with fear, they learn to be apprehensive.
If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves.
If children live with ridicule, they learn to feel shy.
If children live with jealousy, they learn to feel envy.
If children live with shame, they learn to feel guilty.
If children live with encouragement, they learn confidence.
If children live with tolerance, they learn patience.
Anak Belajar dari Kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.
Anak ibarat kertas putih, perjalanan hidupnya akan menggoreskan tinta kehidupannya masing masing.
Orang tualah wajib menjaganya agar nilai-nilai baik dan luhur tetap ada dan terjaga.
(Dorothy Law Nolte, 1954)
Dorothy Law Nolte dilahirkan di Los Angeles, AS, pada 12 Januari 1924.
Puisi fenomenalnya,
“Children Learn What They Live” dibuat tahun 1954. Puisi itu terbit kala
mengasuh rubrik keluarga di sebuah harian lokal, The Torrance Herald.
Magnet puisi itu sungguh luar biasa.
Jutaan orangtua di berbagai belahan dunia menggandakannya. Ada pula
yang mencetaknya sebagai poster. Bahkan, Pangeran Naruhito mengumumkan
niatnya untuk membesarkan sang buah hati dengan puisi itu.
Bertahun-tahun, puisi inspiratif ini diyakini publik sebagai tak bertuan. Dorothy pun tak mendapatkan sepeser pun dari puisinya yang mendunia itu. Dia tak tahu dan melupakannya. Jelang dua dekade, sekitar tahun 1972, setelah mengetahui begitu besar dampak dari puisinya, Dorothy mengurus hak ciptanya. Di tahun 1988, dia lengkapi puisinya dengan menggandeng Rachel Harris dan dijadikan buku. Judulnya “Children Learn What They Live: Parenting to Inspire Values.” Buku ini laris manis. Terjual lebih dari tiga juta kopi di seluruh dunia dan diterjemahkan dalam 18 bahasa.
Dorothy menikah dengan Claude Nolte
di tahun 1959. Ini adalah pernikahan keduanya setelah pernikahan pertama
dengan Durwood Law berakhir dengan perceraian. Ia dikaruniai empat
anak, tiga dari Durwood dan satu dari Nolte. Dorothy wafat pada 6
November 2005 dalam usia 81 tahun karena kanker. Rumahnya di Rancho
Santa Margarita, California, AS menjadi tempatnya menghembuskan nafas
terakhir.
(Sumber The New York Times)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar