Kita semua pasti memiliki orang tua, baik yang masih dapat kita kecup
tangannya ataupun yang sudah tiada. Ibu bapak yang nun jauh di sana
ataupun yang kita mintai izin setiap harinya. Telah jelas bahwa kedua
orang tua sangat berjasa kepada kita. Betapa banyak pengorbanan yang
mereka lakukan untuk kita. Mulai dari kita kecil hingga sekarang. Mereka
mengorbankan raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Sudah
sepatutnya kita menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya. Islam
telah mengatur segala hal termasuk menjunjung hak-hak kedua orang tua
kita dan mengajarkan untuk berbuat baik pada keduanya.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman dalam kitab-Nya yang agung:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia(1).Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Israa’: 23-24)
Dari ayat di di atas kita tahu bahwa Allah `azza wa jalla memerintahkan kita untuk berbakti pada keduanya dengan berbuat baik kepada mereka. Allah menggandengkan perintah berbuat baik pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. Hal ini menandakan betapa pentingnya berbuat baik pada keduanya. Karena tauhid adalah pokok utama agama ini yang terpenting. Sesuatu yang digandengkan dengan perintah bertauhid tentu adalah sesuatu yang penting.
Pengertian “birru al-walidain”
Kata al birr artinya adalah kebaikan, berdasarkan sabda beliau shalallahu `alaihi wa sallam:
Sedangkan al `uquuq yaitu kejelekan dan menyianyiakan hak, yang merupakan lawan dari kalimat al birr.
Kata walidain maksudnya adalah bapak dan ibu, baik yang berasal dari nasb/ jalur keturunan maupun jalur dari se-ibu susuan, baik muslim maupun yang kafir, yang mencakup kakek, nenek, dan mereka yang ada di atasnya, baik dari jalur bapak maupun jalur ibu.
“Al birr adalah menaati kedua orang tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan al `uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.”
Berkata `Urwah bin Zubair radhiyallahu`anhu mengenai firman Allah subhaanahu wa ta’ala,
Yaitu “Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikit pun.” (ad-Durul Mantsur 5/259) (1)
Jasa orang tua kita
Tidak dipungkiri bahwa orang tua memiliki keutamaan atas anak-anak mereka berdua. Merekalah yang menjadi jalan lahirnya seorang anak, mereka berdua telah mendidik anak ketika kecil, hingga kelelahan karena terlambatnya waktu istirahat, mengawasi semalaman sehingga berkurangnya waktu tidur. Ibulah yang mengandung sang anak di dalam perutnya, hidup dengan tergantung pada makanan dan kesehatan ibunya selama sembilan bulan lamanya. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firmannya:
Syaikh Abdul muhsin Al-Qosim berkata, “Ibumu (yang selama sembilan bulan) mengandungmu dalam keadaan lemah, dan semakin bertambah kelemahannya, dengan kesakitan yang selalu dialaminya, semakin engkau tumbuh maka semakin terasa berat yang dirasakannya dan semakin lemah tubuhnya. Kemudian tatkala akan melahirkanmu ia mempertaruhkan nyawanya dengan sakit yang luar biasa, ia melihat kematian dihadapannya namun ia tetap tegar demi engkau. Tatkala engkau lahir dan berada di sisinya maka hilanglah semua rasa sakit itu, ia memandangmu dengan penuh kasih sayang, ia meletakkan segala harapannya kepadamu. Kemudian ia bersegera sibuk mengurusmu siang dan malam dengan sebaik-baiknya di pangkuannya, makananmu adalah susunya, rumahmu adalah pangkuannya, kendaraanmu adalah kedua tangannya. Ia rela untuk lapar demi mengenyangkanmu, ia rela untuk tidak tidur demi menidurkanmu, ia mendahulukan kesenanganmu di atas kesenangannya. Ia sangat sayang kepadamu, sangat mengasihimu.”(3)
Begitu juga bapak kita yang berusaha untuk menghidupi kita dan menguatkan kita dari sejak kita kecil hingga menjadi kita yang sekarang. Bapak juga berusaha mendidik dan mengarahkan kita dari kecil yang ketika itu kita tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang merugikan dan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Oleh sebab itu Allah memerintahkan seorang anak untuk berbuat baik dan berterima kasih pada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah ta`ala:
Beberapa tindakan berbakti kepada ibu bapak kita
Suatu amalan hati perlu dibuktikan dengan amalan lahiriyah atau badaniyah. Begitu juga berbakti kepada kedua ibu bapak kita. Berikut ini beberapa langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam rangka berbaktu kepada orang tua:
Keutamaan berbakti pada kedua orang tua
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu`anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda:
Hadist ini dalil atas keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan kewajibannya. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab ridha Allah ta`ala dan peringatan atas perbuatan durhaka kepada keduanya dan keharaman akan hal itu. Hal tersebut juga menjadi dasar sebab kemurkaan Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah berasal dari rahmat Allah kepada kedua orang tua dan anak-anak. Karena tidak ada sesuatu yang bisa menyerupai hubungan orang tua dan anak, dari segi hubungan dan ikatan yang tulus. Kebaikan dari kedua orang tua tidaklah menyamai kebaikan seorang makhluk pun. Pendidikan yang bermacam-macam dan kebutuhan anak akan dunia atau pun akhirat sebagai penguat hak itu.
Sebab inilah dan apa yang menjadi cabangnya merupakan keharusan untuk menjadikan ridha kedua orang tua bersanding dengan ridha Allah, dan sebaliknya dengan yang sebaliknya.(3)
Berbakti kepada kedua ibu bapak termasuk amal yang utama setelah pilar penegaknya agana ini, yakni shalat. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam.
Balasan berbakti pada kedua ibu bapak kita
Jika kita telah berbakti dengan kedua orang tua kita maka kita hendaknya berbahagia akan balasan yang besar, dan mendapat balasan yang semisalnya. Sehingga barang siapa berbakti kepada ayahnya, maka anaknya akan berbakti pada dirinya. Sedangkan barang siapa yang melakukan kedurhakaan kepada ayahnya, maka anaknya akan duhaka padanya. Balasan akan jenis perbuatan yang telah di lakukan, maka begitulah kamu akan dibalas.(5)
Dengan memelihara hak itu, kita akan mendapatkan balasan dan pembelajaran untuk keturunan kita tentang bagaimana berbakti terhadap orang tua dengan melihat bagaimana kita bermuamalah dengan orang tua kita.(6)
Telah jelaslah kini bagi kita akan keutamaan berbakti kepada kedua ibu bapak kita. Maka marilah kita bersama-sama introspeksi diri dan mengamalkannya sebelum kita tak dapat lagi menunaikan amalan yang agung ini. Apakah kita telah berbakti kepada keduanya? Sudahkah kita menyenangkan hati mereka?
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis Ummu Usamah Anaka DL
Murajaah Ustadz Ammi Nur Baits
(1) Materi Kajian Daurah Muslimah bersama Ummu Yasir al-Atsariyah dengan tema “Birrul Walidain”
(2) Al-`Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shaalih. 1429 H. Huquuq Da`at Ilaiha al-Fithratu wa Qarraratha asy-Syarii`ah. Riyadh: Maktabah Darussalam.
(3) Andirja, Firanda. 2010. “Berbakti kepada Orang Tua (bag. 1)”.www.firanda.com diakses pada 19 Mei 2012 pukul 15.09
(4) Al-`Utsaimin, loc. cit
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman dalam kitab-Nya yang agung:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًاDan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia(1).Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Israa’: 23-24)
Dari ayat di di atas kita tahu bahwa Allah `azza wa jalla memerintahkan kita untuk berbakti pada keduanya dengan berbuat baik kepada mereka. Allah menggandengkan perintah berbuat baik pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. Hal ini menandakan betapa pentingnya berbuat baik pada keduanya. Karena tauhid adalah pokok utama agama ini yang terpenting. Sesuatu yang digandengkan dengan perintah bertauhid tentu adalah sesuatu yang penting.
Pengertian “birru al-walidain”
Kata al birr artinya adalah kebaikan, berdasarkan sabda beliau shalallahu `alaihi wa sallam:
…البر حسن الخلق
“Al birr adalah baiknya akhlaq.” (HR Muslim No. 1794)Sedangkan al `uquuq yaitu kejelekan dan menyianyiakan hak, yang merupakan lawan dari kalimat al birr.
Kata walidain maksudnya adalah bapak dan ibu, baik yang berasal dari nasb/ jalur keturunan maupun jalur dari se-ibu susuan, baik muslim maupun yang kafir, yang mencakup kakek, nenek, dan mereka yang ada di atasnya, baik dari jalur bapak maupun jalur ibu.
“Al birr adalah menaati kedua orang tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan al `uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.”
Berkata `Urwah bin Zubair radhiyallahu`anhu mengenai firman Allah subhaanahu wa ta’ala,
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”. (QS. Al-Isra`: 24)Yaitu “Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikit pun.” (ad-Durul Mantsur 5/259) (1)
Jasa orang tua kita
Tidak dipungkiri bahwa orang tua memiliki keutamaan atas anak-anak mereka berdua. Merekalah yang menjadi jalan lahirnya seorang anak, mereka berdua telah mendidik anak ketika kecil, hingga kelelahan karena terlambatnya waktu istirahat, mengawasi semalaman sehingga berkurangnya waktu tidur. Ibulah yang mengandung sang anak di dalam perutnya, hidup dengan tergantung pada makanan dan kesehatan ibunya selama sembilan bulan lamanya. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firmannya:
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
”Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah.” (QS. Luqman: 14)(2)Syaikh Abdul muhsin Al-Qosim berkata, “Ibumu (yang selama sembilan bulan) mengandungmu dalam keadaan lemah, dan semakin bertambah kelemahannya, dengan kesakitan yang selalu dialaminya, semakin engkau tumbuh maka semakin terasa berat yang dirasakannya dan semakin lemah tubuhnya. Kemudian tatkala akan melahirkanmu ia mempertaruhkan nyawanya dengan sakit yang luar biasa, ia melihat kematian dihadapannya namun ia tetap tegar demi engkau. Tatkala engkau lahir dan berada di sisinya maka hilanglah semua rasa sakit itu, ia memandangmu dengan penuh kasih sayang, ia meletakkan segala harapannya kepadamu. Kemudian ia bersegera sibuk mengurusmu siang dan malam dengan sebaik-baiknya di pangkuannya, makananmu adalah susunya, rumahmu adalah pangkuannya, kendaraanmu adalah kedua tangannya. Ia rela untuk lapar demi mengenyangkanmu, ia rela untuk tidak tidur demi menidurkanmu, ia mendahulukan kesenanganmu di atas kesenangannya. Ia sangat sayang kepadamu, sangat mengasihimu.”(3)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ
ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ
سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”(Al-Ahqaaf:15)Begitu juga bapak kita yang berusaha untuk menghidupi kita dan menguatkan kita dari sejak kita kecil hingga menjadi kita yang sekarang. Bapak juga berusaha mendidik dan mengarahkan kita dari kecil yang ketika itu kita tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang merugikan dan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Oleh sebab itu Allah memerintahkan seorang anak untuk berbuat baik dan berterima kasih pada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah ta`ala:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”(QS. Luqmaan: 14) (4)Beberapa tindakan berbakti kepada ibu bapak kita
Suatu amalan hati perlu dibuktikan dengan amalan lahiriyah atau badaniyah. Begitu juga berbakti kepada kedua ibu bapak kita. Berikut ini beberapa langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam rangka berbaktu kepada orang tua:
- Kita berbakti kepada orang tua dengan bermualamah secara baik dalam perkataan maupun perbuatan, membantu orang tua baik dengan harta ataupun tenaga.
- Taat pada perintah keduanya kecuali dalam hal bermaksiat kepada Allah dan dalam hal yang tidak ada padanya kemudharatan untuk kita.
- Berlemah lembut dalam berkata-kata pada mereka berdua.
- Menampakkan wajah cerah ceria pada keduanya.
- Melakukan pelayanan kepada mereka berdua dengan wajah yang lunak.
- Tidak berkeluh kesah ketika mereka tua, sakit, ataupun lemah.
- Tidak merasa berat dengan hal tersebut karena kelak kita juga akan berubah menjadi seperti mereka.(1)
- Meminta izin & doa restu sebelum berjihad atau bepergian untuk suatu urusan.
- Tidak bersikap bakhil (kikir), serta memberikan harta kepada orang tua sesuai kebutuhan mereka.
- Membuat keduanya ridha dengan cara berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai.
- Tidak mencela orang tua serta tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.
- Mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada ayah.(2)
- Memohon ampunan untuk keduanya dan mendoakan mereka.
- Menunaikan wasiat kedua orang tua.
- Memuliakan teman dekat orang tua kita.
- Menyambung tali silaturahim dengan para kerabat ibu dan ayah.
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ
جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
”Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( QS. Al `Ankabuut: 8)Keutamaan berbakti pada kedua orang tua
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu`anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda:
رضا الله في رضا الوالدين, و سخط الوالدين
’Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua.’” (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibnu Hibban dan Hakim)Hadist ini dalil atas keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan kewajibannya. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab ridha Allah ta`ala dan peringatan atas perbuatan durhaka kepada keduanya dan keharaman akan hal itu. Hal tersebut juga menjadi dasar sebab kemurkaan Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah berasal dari rahmat Allah kepada kedua orang tua dan anak-anak. Karena tidak ada sesuatu yang bisa menyerupai hubungan orang tua dan anak, dari segi hubungan dan ikatan yang tulus. Kebaikan dari kedua orang tua tidaklah menyamai kebaikan seorang makhluk pun. Pendidikan yang bermacam-macam dan kebutuhan anak akan dunia atau pun akhirat sebagai penguat hak itu.
Sebab inilah dan apa yang menjadi cabangnya merupakan keharusan untuk menjadikan ridha kedua orang tua bersanding dengan ridha Allah, dan sebaliknya dengan yang sebaliknya.(3)
Berbakti kepada kedua ibu bapak termasuk amal yang utama setelah pilar penegaknya agana ini, yakni shalat. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سالت رسول الله صل
الله عليه و سلم: اى العمل افضل؟ قال: الصلاة لوقتها. قلت: ثم اى؟ قال:
بر الوالدين.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu`anhu, beliau berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam,
‘Amal apa yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda, ‘Shalat pada
waktunya.’ Aku berkata, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘berbakti
kepada ibu bapak.’” (HR. Bukhari & HR. Muslim).(4)Balasan berbakti pada kedua ibu bapak kita
Jika kita telah berbakti dengan kedua orang tua kita maka kita hendaknya berbahagia akan balasan yang besar, dan mendapat balasan yang semisalnya. Sehingga barang siapa berbakti kepada ayahnya, maka anaknya akan berbakti pada dirinya. Sedangkan barang siapa yang melakukan kedurhakaan kepada ayahnya, maka anaknya akan duhaka padanya. Balasan akan jenis perbuatan yang telah di lakukan, maka begitulah kamu akan dibalas.(5)
Dengan memelihara hak itu, kita akan mendapatkan balasan dan pembelajaran untuk keturunan kita tentang bagaimana berbakti terhadap orang tua dengan melihat bagaimana kita bermuamalah dengan orang tua kita.(6)
Telah jelaslah kini bagi kita akan keutamaan berbakti kepada kedua ibu bapak kita. Maka marilah kita bersama-sama introspeksi diri dan mengamalkannya sebelum kita tak dapat lagi menunaikan amalan yang agung ini. Apakah kita telah berbakti kepada keduanya? Sudahkah kita menyenangkan hati mereka?
***
Artikel muslimah.or.id
Penulis Ummu Usamah Anaka DL
Murajaah Ustadz Ammi Nur Baits
(1) Materi Kajian Daurah Muslimah bersama Ummu Yasir al-Atsariyah dengan tema “Birrul Walidain”
(2) Al-`Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shaalih. 1429 H. Huquuq Da`at Ilaiha al-Fithratu wa Qarraratha asy-Syarii`ah. Riyadh: Maktabah Darussalam.
(3) Andirja, Firanda. 2010. “Berbakti kepada Orang Tua (bag. 1)”.www.firanda.com diakses pada 19 Mei 2012 pukul 15.09
(4) Al-`Utsaimin, loc. cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar