Minggu, 23 November 2014

"Tuntutlah Ilmu Mulai dari Buaian Hingga Liang Lahat"


اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”

kata-kata hikmah.
Menuntut ilmu sekalipun sampai ke negeri China
حدثنا أَبُو عَاتِكَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَاطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّين
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Atikah, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri China”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Sya’bu al-Iman (vol. III, no. 1543) dan al-Madkhal (vol. I, no. 243), al-Bazzar dalam kitab Musnad (vol. I, no. 95), al-Rubai’ dalam Musnad-nya (no. 18) dalam Bab fi al-‘Ilmi wa Thalabihi wa Fadlihi, Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam Akhbar Ashbahan (vol. VII, hal. 376), Ibnu ‘Abd al-Barr dalam Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi (vol. I, no. 15 & 16, hal. 25-26), Ibnu ‘Addi dan al-‘Uqaili sebagaimana dinukil oleh al-Suyuthi dalam kitabnya al-Âlî al-Masnu’ah bab Kitab al-‘Ilmi (vol. I, hal. 175) .  Mereka semua meriwayatkan dari Abu ‘Atikah melalui jalur Anas bin Malik secara marfu’ (disandarkan sampai kepada nabi) .
Kedha’ifan hadis ini terletak pada perawi yang bernama Tharif bin Sulaiman Abu ‘Atikah al-Bashari atau al-Kuffi (al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibn al-Jauzi, vol. II, hal. 63). Menurut an-Nasai dalam kitabnya al-Dhu’afa wa al-Matrukin, ia bukanlah orang yang tsiqah/kredibel (laysa bi tsiqoh) (vol.I, hal. 198), al-Bukhari mengatakan bahwa ia seorang munkar al-hadits (orang yang hadisnya diingkari) (Tahdzib al-Tahdzib, vol. XII, hal. 127). Selain itu Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wa al-Ta’dil mengatakan bahwa ia adalah dzahib al-hadits (orang yang hadisnya hilang) dan dha’if al-hadits (orang yang hadisnya dha’if) (vol. IV, hal. 494). Para kritikus hadis juga telah mendla’ifkannya dalam kitab-kitab mereka; seperti Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Lisan al-Mizan (vol. VII, hal. 251), al-Dzahabi dalam Mizan al-I’tidal (vol. II, hal. 335), al-‘Uqaili dalam Dhu’afa al-‘Uqaili (vol. II, hal. 230).
Sesungguhnya para mukharrij mencantumkan hadis ini dalam kitab-kitab mereka dengan tambahan lafal di belakangnya: فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (maka sungguh menunut ilmu itu wajib bagi setiap muslim). Namun yang sering disampaikan oleh para mubaligh atau sering dijumpai hanya sepenggal saja tanpa tambahan lafal tersebut setelahnya.
Walaupun dari segi sanad hadis ini dha’if (lemah), namun bila dilihat dari segi matan nampaknya perspektif Syaikh Abdul Aziz bin Baz sangat baik dalam menjelaskan kandungan matan hadis ini. Beliau berkata: “Seandainya hadis ini shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri China dan penduduknya, karena maksud hadis ini - kalaulah memang shahih - adalah anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting sekali, karena ilmu merupakan sebab kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya. Jadi, bukanlah maksud hadis ini adalah negeri China itu sendiri, tetapi karena China adalah negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi saw menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali bagi orang yang mau memperhatikan hadis ini” (al-Tuhfah al- Karimah fi Bayani Ba’dhi Ahadits Maudhu’ah wa Saqimah,  hal. 60)
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan

Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti yang terdapat dalam Qs Al Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11
اللَّهْدِ
Rasulullah SAW bersabda: أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup. Kehidupan didunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Benar hadist Rasulullah Muhammad s.a.w “Udlubul ilma mahdi illal lahdi”, menuntut ilmu sejak buaian sampai liang lahad.
Menurut teman – teman apa maksudnya? karena hadist yang benar setahu saya kalimatnya adalah “tuntutlah Ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” atau yg demikian, Tolong “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Namun hadist ini tidak sempat menggugah perhatian umat islam untuk memprakarsainya menjadi word program hingga pada
Begitu pula himmah untuk belajar, kewajiban belajar ada pada semua umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, mulai lahir hingga nafas berakhir. “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat” (HR. Bukhori) Dalam banyak kesempatan dan berbagai tempat, para ulama telah panjang lebar membicarakan tentang keabsahan hadits tersebut. Menurut banyak ulama, bahwa hadits tentang hal tersebut, -meski tidak diriwayatkan baik oleh Imam Al-Bukhary ataupun Imam Muslim- Meski sudah berusia 71 tahun, Mbah Im tetap rajin menimba ilmu. Ia terus berupaya mengamalkan sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW, “Utlubul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi (Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai [menjelang] liang lahat).” .. Hadist. Dari Abi Nadhrah berkata: “Kami sedang berada bersama Jabir bin Abdullah, rodhiyallahu ‘anhuma, dia berkata. (Rasuulullah Saw Bersabda) : “Hampir saja tidak boleh dibawa masuk ke negeri Iraq (diboikot) makanan sepotong roti-pun Menuntut Ilmu Wajib bagi Semua Mukmin dan Mukminah Tuntutlah Ilmu dari Buaian hingga ke Liang Lahat Ilmu itu bagaikan bintang-bintang yang gemerlapan

Dalam sebuah hadis disebutkan, tuntutlah ilmu dari buaian sampai.. a. Usia dewasa c. Liang lahat b. Mendapatkan pekerjaan d. Sampai tua 25. Jika menginginkan kehidupan dunia dan akhirat, maka harus dengan .. a. Beribadah c. Ilmu
Menuntut ilmu memang bukan kewajiban yang ditentukan waktunya seperti salat dan puasa, tapi justru merupakan kewajiban sepanjang hayat. Hadis Nabi Saw. menyebutkan, “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Wajarlah jika Rasulullah berkata, “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat“. Dengan terbiasa mengambil pelajaran dari seluruh kegiatan, kita bisa mendapatkan banyak keterampilan. Hal inilah yang bisa membuat kita lebih unggul modal keterampilan hidup tersebut kita akan siap menghadapi perubahan yang begitu cepat dalam dunia ini. Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah:6). Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat (Al Hadits) tajuk diatas, SirN telah memulakan mukadimah dengan kewajipan belajar kepada ibubapa bersesuai dengan hadis Nabi s.a.w

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat” Fadhilat Ilmu.
 1) Tiada sesuatu ibadah kepada Allah yang lebih utama drp memahami ilmu Di antara seorang ‘alim dan ‘abid spt kelebihanku dari orang yang paling rendah dari Long Integrated Education), Rasulullah SAW pada abad ketujuh telah menegaskan: Uthlub al’ilma min al-mahdi ila al-lahdi (tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat).Di dalam Hadits mengatkan bahwa :
 ” TUNTUTLAH ILMU DARI BUAIAN SAMPAI LIANG LAHAT “. Atau yang dalam keseharian seperti, mencuci, mandi, bermain, dll. Semuanya ditunda dengan beragam alasan. Padahal sesungguhnya penundaan tanpa alasan artinya :”Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada “Tuntutlah Ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat,”.

Demikian sabda Rasulullah. Karena itu, tidak seharusnya ada waktu yang kosong dari sentuhan pendidikan.Tuntutlah Ilmu Dari Buaian Sampai Ke Liang Lahat Ir. Soekarno, New7Wonders of Nature, Al-Qur’an & Hadist Today, Di samping itu, Rasulullah SAW bersabda uthlubul’ilma minalmahdi ilal lakhdi yang artinya “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Hadits tersebut menekankan betapa pentingnya seseorang belajar sedini mungkin. Artinya, pendidikan pada anak usia dini akan sangat membekas hingga anak dewasa. Pendidikan pada usia ini adalah peletak dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan usia dini ini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak di tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur al – hadist (4) aqidah (23) download kitab ulama (2) dzikir dan do
Misalnya hadist berikut ini; “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama


Ingin bahagia dunia dan akhirat tetaplah dengan berilmu

Siapa pun kita, di mana pun kita, sangat mendambakan keluarga yang bahagia, kehidupan yang sentosa dan sejahtera di dunia. Bila kita ditanya, apakah kita ingin menjadi orang yang berhasil, sukses, dan bahagia? Tentunya setiap kita akan menjawab "ya". Karena fitrah manusia merindukan kesuksesan, kebahagiaan, dan keberhasilan.

Pertanyaan bagi kita selanjutnya, jika kita menginginkan kebahagiaan, keberhasilan dan kesuksesan tersebut, lalu apa yang harus kita lakukan? Kunci manakah yang harus kita miliki, agar kehidupan kita yang sekali-kalinya ini bisa menjadi orang yang sukses, bahagia dan berhasil? Jawabannya, ada dalam sabda Rasulullah SAW ini, "Wahai siapa pun yang merindukan kesejahteraan di dunia rumusnya harus dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat juga harus dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin dunia akhirat bahagia, maka juga harus dengan ilmu."

Berbahagialah bagi siapapun yang bertambah usia, pekerjaan, anak, kebutuhan, yang senantiasa dibarengi dengan bertambahnya ilmu. Dan selamat menderita, kecewa, bagi siapa saja yang usianya bertambah, kebutuhan bertambah, sementara ilmunya tidak bertambah. Tahukah saudaraku yang budiman, kenapa orang stres, kecewa, panik? Rumus kalau orang yang kecewa, panik, stres, jikalau dalam hidup ini masalah yang dihadapi lebih besar daripada ilmu yang dimiliki. Itulah awal pertama orang akan stres, sengsara, dan menderita.
Membaca adalah pintu gerbang ilmu. Sementara, mari kita tanya diri kita, berapa halamankah kita punya target setiap bulannya. Padahal kalau kita ingin maju, maka kita harus tahu informasi yang terkini. Bahkan Rasulullah SAW menyemangati untuk mencari ilmu. "Mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan," sabda Rasulullah.

Mari kita contoh betapa dunia ini mudah bagi orang-orang yang berilmu. Seorang dokter memeriksa pasiennya menggunakan baterei kecil, stetoskop, atau ballpoint dengan waktu sekitar lima menit. Ketika ditanya berapa biayanya, dokter itu menjawab 75 ribu rupiah. Dan kita juga setuju bahkan tidak pernah menawar kepada sang dokter. Bandingkan penghasilannya dengan saudara-saudara kita di kampung yang mencangkul dari pagi hingga sore. Perkiraan sekarang 20 ribu rupiah dengan serantang nasi. Apa yang membedakan? Tentu kita sepakat, itu karena ilmu. Dokter harus mencari ilmunya lama bertahun-tahun. Harus rajin, ulet, pandai, hapal. Sedangkan mencangkul, terkadang sehari berlatih besoknya sudah bisa.

Oleh karena itu, berbahagialah orang yang hidupnya senantiasa bersemangat mencari ilmu, menambah dirinya dengan ilmu. Ilmu tidak hanya didapatkan di bangku sekolah, di bangku kuliah. Di mana pun jika kita menjadikan momen sebagai ilmu dan mengaplikasikannya, insya Allah ilmu kita akan terus bertambah.

seorang ulama pernah mengatakan bahwa apabila ingin mengetahui surganya dunia, maka berkunjunglah ke majelis ilmu. Di situ tempatnya Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang sedang berhimpun Oleh karenanya, marilah kita belajar dari salah satu kunci kesuksesan, yakni dengan ilmu. Jika ingin menjadi pedagang yang sukses, pendidik yang teladan, atau pemimpin yang berhasil, maka kuncinya dengan ilmu. Tetaplah bersemangat dan memotivasi diri agar menjadi orang yang cinta ilmu, yang berprinsip bahwa tiada hari kecuali harus bertambah ilmu. Wallahu a'lam. [BKS-14]

Ilmu Lebih Baik Daripada Harta
Keutamaan ilmu atas harta dapat diketahui dari beberapa segi: Pertama: Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya. Kedua: Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta menjaga hartanya. Ketiga: Ilmu adalah penguasa atas harta, sedangkan harta tidak berkuasa atas ilmu. Keempat: Harta akan habis dengan dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah jika diajarkan. Kelima: Apabila meninggal dunia, pemilik harta akan berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu akan masuk bersamanya ke dalam kubur. Keenam: Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin maupun kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh orang-orang yang beriman

Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur-an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya.” . Di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.” Sejak itulah, orang itu belajar ilmu syar’i hingga ia menjadi orang alim, sehingga ia diangkat menjadi Qadhi (Hakim) di Makkah selama 20 (dua puluh) tahun. Apabila ada orang yang berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri. Orang yang berilmu dan mengamalkannya, maka kedudukannya akan diangkat oleh Allah di dunia dan akan dinaikkan derajatnya di akhirat. Allah pun telah berfirman tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salaam. “...Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki, dan diatas setiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” . Disebutkan bahwa tafsir ayat di atas adalah bahwasanya Kami (Allah) mengangkat derajat siapa saja yang Kami kehendaki dengan sebab ilmu.

Tanda-Tanda Ilmu Yang Bermanfaat
Orang yang bermanfaat ilmunya tidak peduli terhadap keadaan dan kedudukan dirinya serta hati mereka membenci pujian dari manusia, tidak menganggap dirinya suci, dan tidak sombong terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.. Pemilik ilmu yang bermanfaat, apabila ilmunya bertambah, bertambah pula sikap tawadhu’, rasa takut, kehinaan, dan ketundukannya di hadapan Allah Ta’ala.


Pengertian Ilmu Yang Bermanfaat
orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya. Orang ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain. Di antara mereka ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak mengamalkannya, akan tetapi dia mengajarkannya untuk orang lain. Maka, dia bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya.

1 komentar: