Bunda, Relakan Kepergian Anakmu
(Risalah Pelipur Lara bagi Orang yang Kehilangan Buah Hati)
Oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
(Risalah Pelipur Lara bagi Orang yang Kehilangan Buah Hati)
Oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
Seorang ibu duduk bersimpuh di dalam rumahnya dengan perasaan pecah oleh deraian air mata. Tik…tik…tik, kucuran air mata tidak terasa jatuh satu demi satu. Kepergian putranya ke sisi Allah Pemilik alam semesta. Sang ibu tidak mampu membuka mulutnya, kecuali sepatah-dua kata yang lirih hampir tidak terdengar saat ditanya.
Kala itu hancur perasaannya melihat buah hatinya kini tidak berdaya lagi dan malaikat maut telah menggenggam nyawanya. Hari-hari bersama si kecil menjadi memori yang susah terhapus dari benaknya. Senyum dan tangisan si bocah terasa terngiang-ngiang di telinganya. Semua membisu dengan duka yang merambah dalam sanubari. Seakan-akan semut-semut yang merayap ikut merasakan pilu hati sang bunda.
Bunda, relakan kepergian anakmu. Hapuslah air matamu. Bunda, tabahkan hatimu bunda; Iringi ia dengan panjatan doa dan munajatmu yang tulus di hari-harimu; semoga di suatu saat nanti ia akan bersamamu dalam bahagia yang berhias canda dan ria.
Bunda, hapus luka hatimu. Ingatlah bahwa tidak ada sehelai daun yang jatuh di bumi, kecuali dengan izin-Nya. Demikianlah tidak ada jiwa yang lepas dari kandung badan, melainkan dengan ketetapan Rabb-mu. Bunda, pujilah Allah -Azza wa Jalla-, Rabb Yang Menciptakan segala sesuatu.
Yakinlah Bunda bahwa tidak sesuatu Dia tetapkan, sedang engkau ridho dan rela dengan ketentuannya, kecuali engkau akan disayangi. Bunda, relakanlah kepergian kasihmu dan buah hatimu. tidak ada kesedihan yang diiringi sabar, melainkan Allah ganti dengan kebahagiaan abadi nan indah.
Bunda, ketahuilah bahwa anakmu yang pergi akan menjadi tabungan kebaikan bagi di akhirat. Suka-duka yang engkau lalui akan terganti dengan bahagia yang berkepanjangan.
Ketahuilah bahwa Rabb-mu Yang Maha Mulia, Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) [البقرة/156، 157]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)“. Mereka itulah yang mendapat sholawat (pujian) dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqoroh : 156-157)
Al-Imam Abu Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata saat menjelaskan makna sholawat dalam ayat ini, “Maknanya, pujian dari Allah atas mereka dan rahmat (kasih sayang)”. [LihatTafsir Ibnu Katsir (1/468)]
Ayat ini mengurai dua keutamaan yang akan engkau raih –wahai Bunda- bila dikau bersabar dan yakin atas ketentuan Rabb-mu. Besarkanlah Rabb-mu, niscaya Dia akan membesarkan semangatmu dan lapangkanlah hatimu yang sempit. Pujilah Robb-mu Allah -Azza wa Jalla- atas segala kondisi, niscaya akan memujimu dan menolongmu di saat kau butuh kepada-Nya. Raga dan jiwamu, kasih dan cintamu adalah milik-Nya.
Di kala tidak dinyana olehmu, Dia mengambil milik-Nya yang selama ini menjadi impian dan buah hatimu, maka tabahkanlah hatimu dan sadarkan dirimu bahwa ia memang milik Rabb.
Bunda, sadarilah dari hati kecilmu bahwa Rabb masih menyayangimu. Kepergian si kecil bukanlah siksaan, akan tetapi kasih sayang datang menhampirimu. Bundaku sayang, disana ada suatu keutamaan yang agung sedang menanti dirimu sebagai buah kasih dari Allah Sang Maha Pencipta lagi Maha Pemurah.
Kali ini aku akan mengajakmu -wahai Bunda- untuk menelusuri taman-taman ilmu yang penuh keindahan dan kenyamanan demi melipur lara yang mendera kalbumu sayang. Taman-taman indah itu berupa hadits-hadits Nabimu -Shallallahu alaihi wa sallam-, Nabi yang amat penyayang kepadamu dan seluruh umatnya. Kini aku hadirkan di hadapanmu seuntai kumpulan hadits-hadits pelipur laramu, wahai Bunda.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا مِنِ امْرَأَةٍ تُقَدِّمُ ثَلَاثًا مِنَ الْوَلَدِ تَحْتَسِبُهُنَّ، إِلَّا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ ” فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: أَوِ اثْنَانِ ؟ قَالَ: ” أَوِ اثْنَانِ
Tidak ada seorang perempuan yang merelakan tiga orang anaknya, sedang ia mengharap pahala (di balik hal itu), kecuali ia akan ke dalam surga. Seorang wanita bertanya, “Apakah dua orang juga?” Beliau bersabda, “Ya, dua orang juga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/246). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad (7357)]
Ulama Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata,
“Barangsiapa yang meninggal dua orang anaknya, maka ia akan masuk surga dan kedua anak itu akan melindunginya dari neraka. Hal itu tidaklah khusus bagi wanita, baik orang tua, mau pun anak. Karena adanya hadits-hadits yang banyak mencakup kedua jenis kelamin”. [Lihat Ash-Shohihah (6/399/no. 2680)]
Bunda, lihatlah keutamaan besar yang menanti dirimu. Adakah keutamaan yang kau idamkan selama ini melebihi surga? Tentunya tidak, wahai bunda. Karenanya, raihlah keutamaan besar ini dengan keikhlasan dan sikap tabahmu. Hapuslah air matamu dan senyumlah menatap janji yang agung ini.
Semua ini engkau dapatkan dari sisi Allah sebagai bentuk kasihnya kepadamu. Anak yang selama ini kau rawat dan kau kasihi, kini telah pergi agar ia menjadi tangga bagimu dalam meraih kasih sayang Allah.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا مِنَ النَّاسِ مُسْلِمٌ يَمُوتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ
“Tak seorang muslim yang meninggal tiga orang anaknya yang belum mencapai masa baligh, kecuali Allah akan memasukkannya (yakni, orang tua) ke dalam surga dengan berkat rahmat-Nya (sayang-Nya) kepada mereka (yakni, anak-anak)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (1381), An-Nasa’iy dalamSunan-nya (1873)Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1605)]
Saking sayangnya Allah kepada anakmu –wahai Bunda- sampai anda pun sebagai orang tua dan perawatnya akan di masukkan bersama mereka dalam surga yang indah dan luas, insya Allah.
Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hambaliy -rahimahullah- berkata, “Allah menyayangi anak-anak kecil kaum muslimin dengan rahmat (kasih sayang) yang sempurna sampai Allah memberikan keutamaan kepada anak-anak itu, lalu orang-orang tua mereka masuk surga, karena keutamaan rahmat Allah ini”. [LihatTasliyah Nufus An-Nisaa’ wa Ar-Rijaal inda Faqd Al-Athfaal (hal. 18), karya Ibnu Rajab, cet. Mathobi’ Al-Humaishiy, 1420 H]
Anak-anak muslim yang meninggalkan orang tuanya menuju Allah, akan menjadi kebanggaan bagi orang tuanya, sebab anak-anak itu akan Allah masukkan ke surga. Mereka siap menyambut orang tuanya dengan penuh kebahagiaan di depan surga.
Abu Sinan Kholid bin Ghollaq Al-Qoisiy -rahimahullah- berkata,
قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّهُ قَدْ مَاتَ لِيَ ابْنَانِ فَمَا أَنْتَ مُحَدِّثِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِيثٍ تُطَيِّبُ بِهِ أَنْفُسَنَا عَنْ مَوْتَانَا قَالَ قَالَ نَعَمْ صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ أَوْ قَالَ أَبَوَيْهِ فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ أَوْ قَالَ بِيَدِهِ كَمَا آخُذُ أَنَا بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا فَلَا يَتَنَاهَى أَوْ قَالَ فَلَا يَنْتَهِي حَتَّى يُدْخِلَهُ اللَّهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ
“Aku pernah katakan kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya ada dua orang anakku telah meninggal. Apakah anda bisa menceritakan kepadaku tentang sebuah hadits yang dapat membuat hati senang tentang orang-orang yang telah meninggal”. Beliau berkata, “Ya, ada. Anak-anak kecil mereka adalah jentik-jentik surga. Seorang diantara mereka akan menyambut bapaknya atau kedua orang tuanya seraya memegang pakaiannya atau tangannya sebagaimana aku memegang ujung pakaianmu ini. Anak itu tidak berhenti (dari memegangnya) sampai Allah memasukkannya ke dalam surga bersama ayahnya”.[HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2635)]
Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata,
“Asalnya jentik-jentik itu adalah binatang kecil di dalam air yang tidak meninggalkan air. Maksud hadits ini, bahwa anak kecil itu akan berada dalam surga, sedang ia tidak meninggalkannya”. [Lihat Al-Minhaj(16/182)]
Sebuah keistimewaan yang amat besar bagimu kaum ibu, jika engkau bersabar dan merelakan anakmu diambil oleh Pemiliknya ke alam baqa. Anak itu akan menyambutmu dari semua pintu-pintu surga yang mereka inginkan.
Syarohbil bin Syuf’ah -rahimahullah- berkata,
“Utbah bin Abd As-Sulamiy -radhiyallahu anhu- berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
(ما من مسلم يموت له ثلاثة من الولد لم يبلغوا الحنث إلا تلقوه من أبواب الجنة الثمانية من أيها شاء دخل)
“Tidaklah seorang muslim meninggal tiga orang anaknya yang belum mencapai baligh, kecuali mereka (anak-anak itu) akan menyambutnya dari pintu-pintu surga yang delapan, dari pintu mana saja ia hendak masuk”. [Ibnu Majah dalam As-Sunan (1604) dan Ahmad dalam Al-Musnad (4/183). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 17639)]
Perhatikanlah baik-baik bahwa anak kesayanganmu –wahai bunda- tidak merelakan dirimu masuk ke dalam neraka sampai mereka memberikan syafaat bagi di sisi Allah. Mereka tidak mau masuk surga sampai kalian menyertainya ke surga sebagaimana kalian dahulu bersusah payah di dunia menyertainya semasa kecil, tanpa kenal capek dan penat. Wahai kaum ibu, kalianlah di dunia yang bersabar mengandung mereka dan membawanya kesana-kemari.
Tiba saatnya Allah memanggil mereka dan mencabut nyawanya, maka bersabarlah, karena anak-anakmu yang mendahuluimu tidak akan sia-sia di sisi Allah. Mereka akan menyertai dan mengantar kalian ke surga dengan penuh rasa kasih dan sayang.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّهُ يُقَالُ لِلْوِلْدَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ ” . قَالَ: ” فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ حَتَّى يَدْخُلَ آبَاؤُنَا وَأُمَّهَاتُنَا “، قَالَ: ” فَيَأْتُونَ “، قَالَ: ” فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَا لِي أَرَاهُمْ مُحْبَنْطِئِينَ ، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ “، قَالَ: “فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ آبَاؤُنَا (3) “، قَالَ : ” فَيَقُولُ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ “
“Dikatakan kepada anak-anak kecil pada hari kiamat, “Masuklah kalian ke surga”. Beliau bersabda, “Mereka pun berkata, “Wahai Rabb-ku, (saya tidak mau) sampai bapak dan ibu kami masuk surga”. Beliau bersabda, “Lalu mereka (para orang tua) datang”. Beliau bersabda, “Allah -Azza wa Jalla- berfirman, “Kenapa aku lihat mereka (anak-anak kecil itu) itu ngambek? Masuklah kalian (anak-anak kecil) ke dalam surga”. Beliau bersabda, “Mereka pun berkata, “Wahai Rab-ku, orang tua kami?” Beliau bersabda, “Allah berfirman, “Masuklah kalian bersama orang tua kalian!!” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/105). Hadits ini dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 16971), “Sanadnya jayyid (baik)”.]
Bunda yang tersayang, masa-masa indah bersama si kecil memang susah dilupakan. Bagaimana tidak, sedang mereka adalah buah hati seorang ibu yang menantikan suasana yang terindah dalam hidupnya. tidak kenangan bersama si kecil, kecualia ia akan muncul di saat-saat kesendirian. Ia bagaikan permata indah penghias sanubari.
Kali ini aku akan mengajak bunda untuk menelusuri sebuah kisah yang pernah terjadi di zaman kenabian sebagaimana hal itu terjadi bagimu. Cobalah mengambil pelajaran darinya, niscaya engkau akan mendapati kesejukan di balik bimbingan Nabimu yang mulia, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Qurroh bin Iyas Al-Muzaniy -radhiyallahu anhu- berkata,
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ يَجْلِسُ إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ وَفِيهِمْ رَجُلٌ لَهُ ابْنٌ صَغِيرٌ يَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ فَيُقْعِدُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَهَلَكَ فَامْتَنَعَ الرَّجُلُ أَنْ يَحْضُرَ الْحَلْقَةَ لِذِكْرِ ابْنِهِ فَحَزِنَ عَلَيْهِ فَفَقَدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَالِي لَا أَرَى فُلَانًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ بُنَيُّهُ الَّذِي رَأَيْتَهُ هَلَكَ فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ عَنْ بُنَيِّهِ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ هَلَكَ فَعَزَّاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ يَا فُلَانُ أَيُّمَا كَانَ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ تَمَتَّعَ بِهِ عُمُرَكَ أَوْ لَا تَأْتِي غَدًا إِلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ إِلَّا وَجَدْتَهُ قَدْ سَبَقَكَ إِلَيْهِ يَفْتَحُهُ لَكَ قَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ بَلْ يَسْبِقُنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُهَا لِي لَهُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ قَالَ فَذَاكَ لَكَ
“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- jika duduk, biasanya ada beberapa orang diantara sahabatnya yang duduk bersamanya. Diantara mereka ada seorang lelaki yang memiliki anak kecil yang ia bawa di balik punggungnya, lalu ia pun mendudukkannya di depannya.
Kemudian anak itu mati. Akhirnya, lelaki itu enggan hadir dalam halaqoh (majelis), karena mengingat anaknya; ia bersedih (atas kematian) anaknya.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mencari-cari lelaki itu seraya bersabda, “Mengapa aku tidak pernah melihat fulan?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Wahai Rasulullah, anak kesayangannya yang pernah anda lihat, telah meninggal dunia”.
Kemudian orang itu pun ditemui oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- seraya menanyainya tentang anak kesayangannya. Lelaki itu mengabarkannya kepada beliau bahwa ia telah meninggal dunia. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pun menghiburnya seraya bersabda,
“Wahai fulan, Manakah yang lebih engkau senangi: engkau bersenang-senang dengannya sepanjang umurmu ataukah esok hari engkau tidak mendatangi sebuah pintu diantara pintu-pintu surga, kecuali engkau akan mendapatinya; anakmu telah mendahuluimu ke pintu itu, siap membukakan pintu bagimu”
Orang itu berkata, “Wahai Nabi Allah, bahkan ia mendahuluiku ke pintu surga, lalu ia membukakan surga untukku adalah aku lebih senang”.
Beliau bersabda, “Itulah untukmu”. [HR. An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (2088). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ahkam Al-Jana’iz (hal. 205)]
Di dalam hadits ini terdapat sebuah permata faedah yang amat berharga bahwa seorang yang memilikisatu orang anak kecil yang meninggal akan mendapatkan syafaat dari anaknya untuk masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ قَدَّمَ ثَلاَثَةً لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، كَانُوا لَهُ حِصْنًا حَصِينًا مِنَ النَّارِ فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ : قَدَّمْتُ اثْنَيْنِ؟ قَالَ : وَاثْنَيْنِ ، فَقَالَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ أَبُو الْمُنْذِرِ سَيِّدُ الْقُرَّاءِ : قَدَّمْتُ وَاحِدًا ؟ قَالَ : وَوَاحِدٌ ، وَلَكِنْ ذَاكَ فِي أَوَّلِ صَدْمَةٍ.
“Barangsiapa yang merelakan tiga orang anaknya yang belum mencapai masa baligh, maka mereka (anak-anak yang mati) itu akan menjadi benteng yang kokoh baginya dari api neraka”.
Abud Darda’, “Aku telah merelakan dua orang anakku”. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Dua orang juga”.
Ubay bin Ka’ab Abul Mundzir Penghulu para qurro’ berkata, “Aku telah merelakan satu orang anakku”. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Satu orang juga. Namun itu semua di awal guncangan (musibah)”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (1/429), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (1061) dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1606). Hadits ini dinilai shohih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (4077)]
Ketahuilah bahwa semua janji dan keutamaan yang disebutkan dalam hadits-hadits ini akan didapatkan oleh seseorang bila ia bersabar dan mencari pahala di awal ia mengalami musibah itu. Bunda, bersabarlah dan haraplah rahmat Rab-mu Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Hapuslah duka laramu dengan menanti kebahagiaan abadi di sisi Rabb-mu. Buah hati yang telah tiada, kini menjadi kebaikan bagimu di sisi Allah. Ia akan menyambutmu dan membimbingmu ke dalam taman-taman surga.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
“مَنْ كَانَ لَهُ فَرَطَانِ مِنْ أُمَّتِي، دَخَلَ الْجَنَّةَ ” فَقَالَتْ عَائِشَةُ: بِأَبِي، فَمَنْ كَانَ لَهُ فَرَطٌ ؟ فَقَالَ: ” وَمَنْ كَانَ لَهُ فَرَطٌ يَا مُوَفَّقَةُ “
“Barangsiapa yang memiliki dua pendahulu (yakni, anak kecil yang meninggal) dari kalangan umatku, maka ia akan masuk surga”. A’isyah berkata, “Bapakku sebagai tebusanmu, apakah orang yang memiliki seorang pendahulu (yakni, seorang anak yang mati mendahuluinya) juga (akan masuk surga)?
Beliau bersabda,. “Orang yang memiliki seorang pendahulu (yakni, seorang anak yang mati mendahuluinya) juga (akan masuk surga), wahai wanita yang diberi taufiq”. [HR. At-Tirmidziy dalamSunan-nya (1062) dan Ahmad dalam Al-Musnad (1/334) dari Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-. Hadits ini dinilai hasan li ghoirih oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (3098)]
Sang ayah pun tidak perlu bersedih kala ditinggal mati oleh sang kekasih (istri) yang mati bersama buah hatinya saat melahirkan. Ketahuilah bahwa mereka akan mendapatkan tempat kemuliaan di sisi Allah. Bersabarlah –wahai sang bapak- di saat mereka meninggalkan untuk menghadap Rabb-nya.
Disinilah seorang ibu tidak perlu merasa takut mati saat melahirkan anaknya.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda saat menyebutkan salah satu diantara orang-orang yang mati syahid, beliau menyebutkan wanita yang meninggal bersama bayinya saat melahirkan, dalam sabdanya,
وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
“Wanita nifas akan ditarik oleh anaknya (yang meninggal bersamanya) dengan tali pusarnya ke dalam surga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/489) & (5/328). Dinilai hasan-shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (1396)]
Surga adalah sebuah janji bagi para ibu yang merelakan anaknya pergi, tanpa keluh kesah. Bahkan ia berbaik sangka kepada Allah bahwa pasti Allah akan memberikan balasan yang terbaik.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
” مَنْ أَثْكَلَ ثَلَاثَةً مِنْ صُلْبِهِ ، فَاحْتَسَبَهُمْ عَلَى اللهِ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ “
“Barangsiapa yang kematian tiga orang anak kandungnya, lalu ia pun mengharapkan pahalanya kepada Allah -Azza wa Jalla-, maka telah pasti baginya surga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/144) Syu’aib Al-Arna’uth menyatakan hadits ini shohih dalam Takhrij Al-Musnad (17298)]
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ مَاتَ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، لَمْ يَرِدِ النَّارَ إِلَّا عَابِرَ سَبِيلٍ يعني الْجَوَازَ على الصراطِ
“Barangsiapa yang kematian tiga orang anaknya yang belum mencapai masa baligh, maka ia tidak akan mendatangi neraka, kecuali sekedar melintasi jalan, yakni melewati shirot (jembatan)”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir sebagaimana dalam Majma’ Az-Zawa’id (3/7) dari Abdur Rahman bin Basyir Al-Anshoriy -radhiyallahu anhu-. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- dalamShohih At-Targhib (2001)]
Anak kecil yang meninggal semasa belum baligh akan menjadi perisai (pelindung) bagi orang tuanya dari sengatan api neraka. Subhanallah, sungguh sebuah kemuliaan bagi para orang tua yang ditinggal mati oleh anaknya yang tercinta.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
«لا يموتُ لأحد من المسلمين ثلاثةٌ من الوَلَد فيحتسِبُهم ، إلا كانوا له جُنَّةً من النارِ، فقالت امرأة عند رسولِ الله – صلى الله عليه وسلم- : يا رسول الله ، أو اثنان ؟ قال : أو اثنانِ»
“Tidaklah seorang diantara kaum muslimin kematian tiga orang anaknya, lalu ia mengharapkan pahala dengannya, kecuali mereka (anak-anak) itu akan menjadi perisai (pelindung) baginya dari api neraka”. Seorang wanita di sisi Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bertanya, “Apakah dua orang juga?” Beliau jawab, “Ya, dua orang anak juga”. [Malik dalam Al-Muwaththo’ (no. 162) dari Abun Nadhr As-Sulamiy -radhiyallahu anhu-. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Arna’uth -rahimahullah- dalam Takhrij Jami’ Al-Ushul (no. 7364)]
Bunda, mungkin engkau bersedih karena memikirkan anakmu di akhirat. Siapakah yang akan memeliharanya? Ketahuilah anakmu tidak akan di sia-siakan oleh Allah -Azza wa Jalla-. Dia akan dipelihara oleh Kholilullah (Kekasih Allah), Nabi Ibrahim -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ ذَرَارِيَّ الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ.
“Sesungguhnya anak-anak kaum mukminin akan dipelihara oleh Nabi Ibrahim –alaihis salam- di dalam surga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/326), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (1826), Al-Hakim dalamAl-Mustadrok (2/370/no. 3399) dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (40/414). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (603)]
Bunda, itulah berbagai keutamaan yang menanti dirimu yang telah merelakan si buah hati menghadap kepada Allah, Pemilik hakiki baginya. Anak itu hanyalah titipan bagimu di dunia sekaligus ujian bagimu apakah engkau bersabar atau tidak dalam menjalani takdir dan ketetapan Rabb-mu.Bunda, hapuslah air matamu, hapus lara hatimu. Semoga Allah mengumpulkanmu kembali bersama buah hatimu yang tersayang. Tabahkan hatimu –wahai Bunda-, niscaya engkau akan meraih kebaikan yang banyak di sisi Allah, insya Allah -Ta’ala-.
Rabb-mu telah berfirman dalam memberikan janji kepadamu,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) [البقرة/156، 157]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)“. Mereka itulah yang mendapat sholawat (pujian) dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqoroh : 156-157)
Semoga risalah ringkas menjadi penyejuk hati di kala susah dan pelipur lara bagimu wahai kaum ibu yang ditinggal buah hatinya. Wa shollallahu ala nabiyyina wa ash-habihi ajma’in. Wassalam alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.
[Dari Saudaramu yang sayang dan prihatin, Al-Ustadz Abu Fa’izah Al-Bughisiy, Pengajar di Pesantren Al-Ihsan, Gowa Sulsel serta Penulis dan Penasihat di www.pesantren-alihsan.com][1]
[1] Tulisan dan risalah ini kami tulis terinspirasi saat usai mendengarkan sebuah nasihat ringkas yang disampaikan Ustadz dan Guru kami, Al-Ustadz Ibnu Yunus –hafizhohullah- saat menguburkan keponakan kami, Ubaidur Rahman. Di dalamnya beliau membawakan sejumlah hadits yang kami bawakan sebagiannya di dalam risalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar