Hati kita dialah yang menentukan hidup
kita,kalau dia baik maka akan baik semua yang kita lakukan, dan baik
juga yang kita dapatkan. Kalau dia Buruk maka akan Buruk semua yang kita
lakukan, dan Buruk juga yang kita dapatkan.
Diriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah di dalam jasad terdapat sepotong daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh badan. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari 1/28 no. 52, dan Muslim III/1219 no.1599)
Hati adalah pusat kehidupan
manusia, Hati adalah pusat pengetahuan yang sesungguhnya, Pikiran
hanyalah pintu masuk untuk menelaah sesuatu, tapi hakikat sesuatu itu
hanya bisa di temukan oleh kecerdasan hati.
Penglihatan mata hanyalah pintu masuk untuk melihat sesuatu, tapai hakekat sesuatu itu hanya diketahui oleh mata hati.
Pendengaran telinga adalah alat
untuk mendapatkan informasi,tetapi hakikat informasi itu hanya bisa di
dengar oleh pendengaran hati, Dan hakikat adalah pengetahuan yang pasti
benarnya,untuk mengantar dalam kehidupan yang bahagia.
Karena tidak menggunakan suara
hati, tidak mendengarkan penglihatan hati dan tidak menggunakan
pendengaran hati, mak banyak orang pintar tapi tidak tahu diri, banyak
orang pintar tapi bodoh, Hatilah yang seharusnya di pergunakan untuk
memahami seluruh persoalan hidup.
Alloh Berfirman dlm Al-Qur'an surat al-hajj:ayat 46
أَفَلَمۡ
يَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٌ۬ يَعۡقِلُونَ بِہَآ
أَوۡ ءَاذَانٌ۬ يَسۡمَعُونَ بِہَاۖ فَإِنَّہَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَـٰرُ
وَلَـٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ
Artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada. (QS.AL-Hajj:46)
Hati adalah pusat kenikmatan dan pusat
rasa manusia, Maka tidak ada orang yang menikmati hidup kalau hatinya
sakit, tidak ada orang yang bisa merasakan kebahagiaan kalau hatinya
kotor, tidak akn merasa hidup tenang, kalau hatinya tidak ikhlas. Hati
adalah pusat kebenaran, Apa yang disuarakan hati adalah benar adanya.Apa
yang dikatakan hati betul kenyataannya, Karena kebenaran yang hakiki
hanya datang dari Alloh dan Alloh sangat dekat dengan hati.Bahkan bagi
orang-orang yang istimewa Alloh selalu ada didalam hatinya.
Karena itu jika anda bermohon
kepada Alloh, bermohonlah dari dalam hati yang kuat dan tulus, Kalau
anda menyebut nama-nama Alloh untuk mendapatkan harapan, sebutkan dan
serukan dari dalam hati yang ikhlas dan penuh kepasrahan.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal
sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5،
6]“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
"Makna Dan Pengertian Hati"
Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
karena ia menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
karena sifatnya berbolak-balik. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
"Pebedaan antara hati dan otak".
Otak dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya di hati.
firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut semakin berkembang”.
"Perbedaan antara hati dan jantung"
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari. Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul Qalb.
"Ciri Dan Sifat Hati Yang Baik"
Yaitu Hati yang tersentuh dan terkesan dengan ayat-ayat Allah.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang yang beriman ketika mendengar ayat-ayat Allah:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}[الأنفال/2]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Hal ini terbukti dalam kehidupan para sahabat ketika mendengarkan nasehat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang diceritakan oleh ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu:
((صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -r- ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ)) رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه.
“Pada suatu Rasulullah shalat mengimami kami, setelah itu beliau menghadap kearah kami, lalu beliau menyampaikan nasehat yang sangat dalam. membuat air mata menetes dan membuat hati bergetar (tersentuh).”
Hadits ini menunjukkan tentang betapa baiknya hati para sahabat, sehingga amat mudah terkesan dengan nasehat yang mereka dengar.
1. Hati yang lembut, santun dan penuh kasih.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang kelembutan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة/128]
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
2. Hati yang sabar.
Sabar terbagi kepada tiga macam:
Pertama: sabar dalam menjalankan perintah-perintah dalam agama. Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال/46]
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bersabar setelah perintah untuk berbuat taat kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya amat butuh pada kesabaran.
Kedua: sabar dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang diharamkan dalam agama. Untuk hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya:
Ketiga: sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian (musibah) dari Allah. Seperti Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/155-157]
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
3. Hati yang teguh dan kokoh dalam memegang kebenaran.
Sebagaimana Allah gambarkan kepada kita tentang kisah pemuda ashabul kafi bahwa mereka pemuda-pemuda yang teguh pendiriannya dalam memegang kebenaran.
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13) وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا [الكهف/13، 14]
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri.”
Demikian pula firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ [الحجرات/15]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Di zaman kita ini betapa banyaknya orang yang ragu-ragu dan plin-plan serta bimbang dalam meyakini dan memperjuangkan kebenaran. Hal itu disebabkan tidak adanya kemantapan hati dalam meykini sebuah kebenaran.
4. Hati yang tidak pendendam.
Banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menjelaskan buruknya sifat mencela&sifat balas dendam.
Sebagaimana Allah menggambarkan tentang sifat orang-orang yang bertaqwa dalam firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ [آل عمران/133، 134]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Dan juga firman Allah:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ [الأعراف/199]
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”
"Bentuk Dan Jenis Penyakit Hati"
Bentuk penyakit hati secara umum ada dua macam:
Asy Syubuhaat (berhubungan dengan keyakinan) yaitu menyenagi segala bentuk keyakinan yang kufur dan sesat, seperti syirik, nifaq dan bid’ah dan seterusnya.
Asy Syahawaat (berhubungan dengan akhlak) yaitu menyenangi berbagai macam bentuk maksiat. Diantaranya ada yang berhubungan dengan kepuasan sex, seperti zina, onani, lesbian, homosex dan sterusnya. Dan diantaranya ada pula yang behubungan tingkah laku, seperti sombong, hasad, dengki, congkak dan seterusnya.
Berbagai jenis penyakit hati lahir dari dua bentuk penyakit diatas, diantaranya:
1. Al Gahflu (Lalai).
Allah mencela hati yang lalai dari merenungkan, memikirkan dan memahami ayat-ayat Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف/179]
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dan firman Allah:
مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2) لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ [الأنبياء/2، 3]
“Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai.”
2. Keluh kesah, gundah dan perasaan cemas yang berlebihan.
Kondisi ini timbul pada saat seseorang takut atas kehilangan sesuatu yang telah diperolehnya, atau takut tidak memperoleh apa yang diharapkannya.
Oleh sebab itu Allah melarang rasul-Nya untuk tidak bersedih dan terhadap tipu daya orang-orang kafir quraisy.
Sebagaimana Allah berfirman:
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (127) إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ [النحل/127، 128]
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Demikian pula perkataan para malaikat kepada nabi Luth, tatkala kaumnya akan dihacurkan Allah. Sebagaimana firman Allah:
وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالُوا لَا تَخَفْ وَلَا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلَّا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ [العنكبوت/33]
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata: “Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu. kecuali isterimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
3. Putus asa dan kekecewaan yang berlebihan.
Kondisi ini timbul ketika seseorang ditimpa musibah seperti kehilangan sesuatu yang amat dicintainya, atau gagal memperolehnya, bisa berupa harta ataupun jiwa. Banyak kita saksikan dalam kehidupan kita sehari-hari orang yang mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri atas kesusahan dan kesulitan yang menimpanya.
Pada hal Allah mengharamkan untuk berputus asa dari rahmat-Nya, sebagaimana firman Allah:
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ [فصلت/49]
“Tidak pantas Manusia itu jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”
Dan firman Allah:
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [يوسف/87]
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
4. Buta terhadap kebenaran.
Allah mencela orang yang buta hatinya dari melihat bukti-bukti kebenaran dan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana firman Allah:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dapat memaham (kebenaran)i, atau mempunyai telinga yang dapat mendengar (kebenaran)? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
5. Keras membatu tidak mampu ditembus oleh nasehat-nasehat agama.
Hati yang secara fisik terlihat lentur dan lunak namun pada hakikatnya bisa lebih keras dari batu saat diberi nasehat. Bahkan batu bisa lebih lunak dari sebagian hati manusia. Sebagaimana Allah ceritakan tentang hati orang-orang Bani Israil dalam surat Al baqarah:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُون [البقرة/74]
“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
6. Penyakit Nifak (kemunafikkan).
Kemunafikkan adalah memperlihatkan iman secara lahir dan menyembunyikan kekufuran secara batin. Kemunafikkan adalah salahsatu bentuk kekufuran dan ia adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan sangat keji oleh sebab itu pelakunya lebih berat mendapatkan azab dari orang kafir yang terang-terangan.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang hati orang-orang munafiq dalam ayat berikut ini:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ [البقرة/8-10]
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
7. Ar Ru’bu (Cemas dan takut).
Penyakit ini Allah masukkan ke dalam hati orang-orang kafir dan musyrik.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ [آل عمران/151]
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.”
8. Terkunci dari menerima kebenaran.
Ini adalah sifat hati orang kafir yang sudah tidak mau menerima peringatan dan seruan untuk beriman kepada Allah dan hari akhir.
Sebagaimana Allah sebutkan pada awal surat Al Baqarah:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ [البقرة/6، 7]
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
9. Suka mengikuti sesuatu yang samar-samar.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا [آل عمران/7]
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang samar-samar, untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya.”
Demikian pula disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
« إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ .” رواه البخاري ومسلم.
“Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang harampun sudah jelas. Dan diantar keduanya ada perkara yang sama-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi sesuatu yang samar-samar berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsipa yang melakukan sesuatu yang sama-samar maka ia telah jatuh kepada yang haram. Bagaikan sipenggembala yang menggembala di batas pagar, boleh jadi ia akan masuk kedalamnya. Sesungguhnya setiap raja memiliki batas, sesungguhnya batasan Allah adalah perkara-perkara yang haram. Ketahuilah sesungguhnya dalam jiwa seseorang terdapat segumpal daging. Apabila ia baik maka baiklah seluruh jasdnya. Dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah! Ia adalah hati.”
10. Beroyalitas kepada orang kafir.
Salah satu jenis penyakit hati yang sangat dicela dan berbahaya adalah beroyalitas kepada orang kafir. Seperti membela keyakinan mereka dengan alasan toleransi dan menyalahkan orang yang menentang keyakinan mereka. Penyakit ini mulai terjangkit dengannya sebagian intelektual zaman ini. Hal ini sangat diharamkan atas seorang muslim sebagaimana terdapat dalam firman Allah berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51) فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ [المائدة/51، 52]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi penolong-penolong(mu); sebahagian mereka adalah penolong sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu yang mengambil mereka menjadi penolong, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.”
11. Ragu dan bimbang terhadap kebenaran.
Diera kemajuan informasi ini banyak sekali hal-hal yang dapat meragukan dan membimbangkan seseorang terhadap kebenaran. Bahkan tidak bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang batil dengan yang hak, antar kafir dan iman, antara tauhid dan syirik, Seperti keraguan tentang kekalan kehidupan akhirat dan kejadian hari kiamat. Kebimbangan terhadap kebenaran adalah salah satu penyakit hati yang di sebutkan Allah dalam firman-Nya berikut.
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ [التوبة/45]
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”
Dan firman Allah:
أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (50) إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [النور/50-51]
“Apakah dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nyauntuk memberi keputusan di antara mereka,ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
12. Mudah terfitnah oleh rayuan setan.
Hati yang sakit dan tidak diimunisasi dengan ilmu dan amal sholeh akan sangat mudah terpengaruh oleh rayuan setan. Sebagaiamana terdapat dalam firman Allah berikut ini:
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ [الحج/53]
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu sebagai ujian bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.”
Demikian pula dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
« تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ .” رواه مسلم.
“Fitnah-fitnah akan merajut hati seperti rajutan tikar, sedikit demi sedikit. Setiap hati yang terpengaruh dengannya akan terdapat dalamnya bintik hitam. Dan setiap hati yang menolaknya akan terdapat dalamnya bintik putih. Sehingga dari kedua hati tersebut salah satu dari keduanya menjadi putih bagaikan batu putih jernih. Maka fitnah tidak mampu mempengaruhinya selama berdirinya langit dan bumi. Dan hati yang lain menjadi hitam lebam. Bagai mangkok yang terlungkup, tidak kenal yang ma’ruf dan tidak pula yang mungkar, kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.”
"Tips Dan Trik Mengobati Hati Yang Sakit"
1. Segera bertaubat dan banyak beristighfar.
Sesungguhnya dosa sangat mempengaruhi hati seseorang, setiap berbuat dosa akan tetancap bintik hitam pada hati seseorang tersebut. Ibarat besi yang semakin hari dililit karat, bila sudah terlalu tebal maka untuk menghilangkannya akan sangat sulit dan butuh pada waktu yang cukup lama. Diterjen yang paling manjur untuk membersihhkan karat hati adalah taubat dan istighfar.
Amat banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang memerintahkan agar kita senantiasa bertobat dan memohon ampunnan dari Allah.
Seperti perintah nabi Huud ‘alaihis salam kepada kaumnya yang terdapat dalam fiman Allah:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ [هود/52]
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Demikian pula perintah nabi Syu’aib ‘alaihis salam kepada kaumnya dalam firman Allah:
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ [هود/90]
“Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”
2. Banyak bertawakal.
Agar hati kita tenang ketika berihtiar dan berusaha, hendaklah kita bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا [الطلاق/3]
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
3. Biasakan bersikap sabar.
Dalam menjalani hidup sehari-hari pasti kita akan mengalami kondisi yang saling berbeda. Tidak ada seorangpun yang tidak mengalami cobaan dan ujian. Karena Allah telah menjadikan kehidupan ini untuk melihat siapa yang lulus dari ujian.
Sebagaimana Allah berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ [العنكبوت/2، 3]
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Dan firman Allah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة/155]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
4. Sering membaca dan mendengarkan Al Qur’an.
Al Qur’an adalah kitab suci yang oenuh berkah disamping sebagai petunjuk, rahmat dan pelajaran. Ia juga sebagai obat dan penawar bagi berbagai penyakit hati, sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [يونس/57]
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dan firman Allah:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا [الإسراء/82]
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
5. Mempelajari ilmu agama terutama ilmu Akidah.
Mempelajari ilmu akidah berdasarkan dalil-dalil syar’i akan menyembuhkan hati kita dari berbagai bentuk penyakit syubuhat (Kesesatan) dalam hati. Seperti penyakit ragu, nifaq, syirik, bid’ah dan lain-lain.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga belas tahun di Makkah menyeru kepada tauhid dan memperbaiki aqidah orang kafir Quraisy. Demikian pula ayat-ayat yang turun di Makkah jika kita perhatikan hanya berbicara tentang tauhid dan Aqidah. Demikian tugas seluruh para rasul dan nabi mengajak manusia untuk mengetahui tentang pentingnya tauhid dan betapa berbahayanya syirik. Jika kita membaca surat yang pertama turun adalah perintah untuk membaca dan menulis karena keduanya adalah sarana untuk mendapat ilmu.
Sebagaiman terdapat dalam firman Allah:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ [العلق/1-5]
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
6. Membiasakan berinfak
Membiasakan berinfak adalah cara membersihkan hati dari penyakit kikir dan tamak. Oleh sebab itu, banyak sekali ayat dan hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk selalu berinfak.
Sebagaimana Allah berfirman:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23) وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ [المعارج/19-25]
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa.”
7. Berteman dengan orang-orang yang sholeh dan taat beribadah serta berakhlak mulia.
Berteman dengan orang yang sholeh akan banyak memberikan terapi bagi kita. Karena ia akan mengingatkan jika kita lupa dan akan menasehati jika kita tersalah.
Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَىْءٌ أَصَابَكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ جَلِيسِ السُّوءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيرِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ .” رواه أبو داود
“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Zikir mutlak (umum), dimana mata, telinga, mulut, tangan, kaki beserta seluruh anggota badan kita berzikir kepada Allah. Kita meresa selalu diawasi, dilihat, didengar dan diperhatikan oleh Allah. Kita mengendalikan diri kita dari berbagai kemaksiatan dan dosa meskipun kita sendirian dan tidak ada seorangpun disamping kita dan mengetahui gerak-gerik kita.
Zikir muqaiyyat (berbentuk tertentu) dari segi waktu dan tempat. Contohnya do’a mau tidur dan bangun tidur, do’a masuk wc dan keluar wc, do’a setelah berwuduk, setelah mendengar azan dan seterusnya.
Untuk menjaga hati kita tetap tenteram, nyaman dan tenang adalah dengan banyak berzikir kepada Allah sebagaimana Allah sebutkan dalam kalamnya:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد/28]
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Demikian pula dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((ماجلس قوم مجلسا يذكرون الله فيه إلا حفتهم الملائكة وتغشتهم الرحمة وتنزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده)) رواه ابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.
Tidaklah suatu kaum duduk mengimngat Allah dalam satu majlis. Kecuali malaikat menaungi mereka, rahmat Allah meliputi mereka dan diturunkan kepada mereka ketenangan. Serta Allah menyebut mereka di hadapan makhluk yang di sisi-Nya.
2. Selalu merenungkan ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah ada dua macam:
Ayat Kauniyah, yaitu tanda-tanda keagungan dan kebesaran Allah yang terdapat pada alam raya ini. Seperti matahari, bulan, bintang, bumi dan langit serta apa yang terdapat di anatar keduanya dan pada keduanya.
Ayat Syar’iyah, yaitu ayat-ayat suci yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Sesungguhnya dalam ayat-ayat yang diturnkan Allah terdapat berbagai macam perintah dan larangan yang menyimpan berjuta-juta rahasia hikmah. Demikian pula hukum-hukumnya membawa keadilan yang luar biasa, seandainya bersatu seluruh pakar hukum di dunia untuk menandingi satu saja dari hukum Islam niscaya mereka tidak akan mampu menandinginya.
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk merenungkan dan memikirkan tentang ayat-ayat Allah baik ayat syar’iyah maupun ayat kauniyah. Diantaranya firman Allah:
إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ (3) وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (4) وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (5) تِلْكَ آَيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآَيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ [الجاثية/3-6]
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.”
3. Senantiasa mengingat kehidupan akhirat.
Sangat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kehidupan akhirat. Ada ayat yang bercerita tentang kehidupan ahli surga, membuat hati kita begitu rindu untuk melihatnya. Dan ada pula ayat yang bercerita tentang penderitaan dan siksaan ahli neraka membuat hati kita menjadi tertunduk dan takut kepada Allah. Berbagai peritiwa yang akan dilalui manusia di alam akhirat seperti:
Kehidupan alam kubur.
Peristiwa ketika di Padang Mahsyar.
Peristiwa ketika diserahkannya catatan amal kita.
Peristiwa ditimbangnnya amalan kita.
Peristiwa ketika melewati Shiartul mustaqim.
Oleh sebab itu kita dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berziarah kubur agar kita ingat kepada akhirat.
((زوروا القبور، فإنها تذكركم الآخرة)) رواه النسائي وابن ماجه وقال الشيخ الألباني : صحيح.
“Ziarahilah oleh kalian perkuburan, karena sesungguhnya dia akan mengingatkan kalian kepada hari akhirat.”
4. Biasakan membaca sejarah kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.
Diantara hal yang dapat membuat hati kita tetap tegar dan kokoh serta istiqamah dalam memegang kebenaran adalah dengan membaca sejarah kehidupan para nabi dan rasul serta para sahabat. Kita akan melihat bagaimana mereka tidak pernah goyah keyakinan mereka dengan sebesar apapun tantangan yang mereka hadapai. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan dalam kitab suci-Nya kisah-kisah para nabi dan umat yang terdahulu agar kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah kehidupan mereka. Seperti kisah nabi nuh yang 950 tahun. Betapa sabarnya beliau dalam menghadapi tantangan kaumnya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ [العنكبوت/14]
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Bahkan kisah-kisah tersebut Allah jadikan sebagai cara untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ [هود/120]
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.”
Dan Allah menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [يوسف/111]
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
5. Doa.
Konsep Akidah Terkait Hati
Konsep akidah yang terkait dengan hati sangat banyak sekali namun dalam kesempatan yang terbatas ini kami sebutkan yang terpenting saja, diantaranya:
1. Ar Rajaa’ (Harapan).
Ar Roja’ adalah ketulusan hati kita dalam berharap kepada Allah. Kita hanya menggantung seluruh harapan kita kepada Allah semata. Karena ditangan Allah-lah segala kebaikan. Barangsiapa yang megantungkan harapan kepada selain Allah maka ia telah terjerumus kedalam penghambaan dan peribadatan kepada selain Allah.
Berikut ini kita sebutkan tentang dalil yang mewajibkan bahwa segala harapan kita hanya kita gantungkan kepada Allah.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا [الكهف/110]
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
2. Al Khauf (rasa takut).
Kita tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata, karena hanya Allah yang mampu mendatangkan mudharat dan ditangan-Nya segala urusan makhluk.
Sebagaimana perintah Allah:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ [آل عمران/175]
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Dan firman Allah:
فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ [المائدة/44]
“Maka janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.”
3. Al Mahabbah (Kecintaan).
Kecintaan yang murni hanya ditujukan kepada Allah, kita tidak boleh menserikat Allah dalam cinta ubudiyah kita. Seperti disebutkan Allah dalam firman-Nya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة/165]
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
4. Ikhlas.
Ikhlas adalah menyerahkan segenap ibadah kita kepada Allah semata. Tanpa mengharap pujian dan sanjungan siapapun. Hati adalah tempat menetukan niat ketika seseorang melakukan aktifitas ubudiyah kepada Allah.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ [الأنعام/162، 163]
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
5. Khusu’.
Khusu’ adalah tingkat keyakinan saat beribadah kepada Allah, maka semua perhatian hatinya tertuju pada Allah. Khusu’ adalah bagian dari perkerjaan hati yang hanya boleh kita persembahkan kepada Allah semata.
Allah berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [الأنبياء/90]
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[970]. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.wallahu a'lam^^”