Musim hujan kemungkinan akan segera tiba pada Oktober atau November
mendatang. Nah, anak-anak mana sih yang tidak suka mandi hujan ketika
musim hujan tiba. Di masa kecil dulu, kita pun mungkin pernah bermain
hujan, berlari-larian di bawah derasnya hujan, atau main bola di tengah
guyuran hujan.
Tapi, para orang tua sebaliknya selalu merasa khawatir dan melarang
anak-anak mereka mandi hujan. Para orang tua takut anak-anak mereka
menjadi sakit, masuk angin, demam ataupun pilek karena mandi hujan.
Lalu, bagaimana Islam memandangkan aktivitas mandi hujan. Apakah Rasulullah SAW melarang kita mandi hujan?
Budi Ashari Lc, penulis pada situs parenting nabawiyah, mengatakan ada
hadist yang menjelaskan Rasulullah SAW pernah mandi hujan.
Dalam hadist riwayat Muslim, Anas bin Malik radhiallahu anhu
berkata,''Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar
terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan
ini?''
''Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab,'Karena ia (hujan) baru saja datang dari Tuhannya ta’ala'.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi, dalam kitab Al Minhaj, menjelaskan makna hadist ini.
Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah
ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya.
Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat bahwa
dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap --yang bukan aurat-- agar
terkena hujan.
''Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun
sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan,'' tulis Budi Ashari Lc
yang jebolan Fakultas Hadits dan Studi Islam di Universitas Islam
Madinah, Saudi Arabia ini
Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata:''Wahai
Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena
hujan.''
Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan,
keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul
itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian
berkata:''Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga
bejana.''
Abu al-Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan,“Ini yang dilakukan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan
mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi,
suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman.'' (Al Mufhim)
Budi mengatakan para ulama pun menuliskan tentang mandi hujan. Al
Bukhari menulisnya dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod. Muslim dalam
Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam
shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro.
''Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang
anjuran hujan-hujanan,'' kata Budi dalam situs parentingnabawiyah.com.
''Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kebugaran anak kita hari
itu. Saat hujan turun, kalau mereka tidak terlalu bugar, kita bisa
melarangnya. Tetapi, kalau mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita
larang (mandi hujan),'' katanya.
''Tak usah khawatir,'' kata Budi. ''Hujan adalah keberkahan. Adalah
kesucian. Hujan adalah pengirim ketenangan. Hujan bahkan penghilang
kotornya gangguan setan.''
Selesai hujan-hujanan, tulis Budi, silakan anak-anak disuruh mandi,
mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar
kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahan lah yang telah mengguyur kepala
dan sekujur badan mereka.
Sumber: Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar