Sungguh, betapa beruntungnya Anda, jika telah ada
dalam barisan kafilah,. Kafilah yang tak akan menyerah walau jalan yang
ditempuh begitu panjang. Mungkin Anda kan termakan usia atau bahkan
gugur ditengah perjalanan ini, namun sekali lagi, tolak ukur suatu
perjuangan bukanlah sampainya suatu perjuangan pada tujuan dan misi yang
ditetapkan –walaupun ini suatu keniscayaan-, namun ditentukan dari
keistiqamahan dan konsistennya Anda mengarunginya.
“Dan sungguh Kami benar-benarakan menguji kamu dengan sedikit rasa
takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnyajiwa, dan sedikitnya
buah-buahan… (Surah al-Baqarah : 155)
“Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.”(Q.s. Ibrahim: 7)
Mungkin Anda akan melihat sebagian yang tergabung
dalam kafilah ini memiliki khilaf dan ketergelinciran, atau tak sejalan
dengan pendapat yang Anda miliki, namun tetaplah bertahan, sebab ia
hanyalah fitrah manusia, dan suatu kelumrahan yang mesti ada dalam suatu
komunitas orang-orang baik, sekalipun komunitas para sahabat
radhiyallaahu’anhum. Bahkan tugas Anda saat itu adalah menasehati dan
berlapang dada akan adanya perbedaan selama yang dijunjung tinggi adalah
manhaj yang shahih.
Tetaplah bersabar mengarungi ujian dalam jalan ini,
sebab ia kan berakhir pada jannah-Nya, insyaAllah.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Q.s. an-Nahl: 18)
“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS Ali ‘Imran : 3).
“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia
(yang berjasa padanya)”. 4
"Bersyukur Sebuah Kebahagiaan"
Perlu diperhatikan, bahwa orang-orang mukmin sejati tetap bersyukur
kepada Allah sekalipun mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit.
Seseorang yang melihat dari luar mungkin melihat berkurangnya nikmat
pada diri orang-orang yang beriman. Padahal, orang-orang beriman yang
mampu melihat sisi-sisi kebaikan dalam setiap peristiwa dan keadaan juga
mampu melihat kebaikan dalam penderitaan tersebut. Misalnya, Allah
menyatakan bahwa Dia akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar,
kehilangan harta dan jiwa.
Dalam keadaan seperti itu, orang-orang
beriman tetap bergembira dan merasa bersyukur, mereka berharap bahwa
Allah akan memberi pahala kepada mereka berupa surga sebagai pahala atas
sikap mereka yang tetap istiqamah dalam menghadapi ujian tersebut.
Mereka mengetahui bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kekuatannya.
Sikap istiqamah dan tawakal yang mereka
jalani dalam menghadapi penderitaan tersebut akan membuahkan sifat
sabar dan syukur dalam diri mereka. Dengan demikian, ciri-ciri orang
yang beriman adalah tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal
kepada-Nya, dan Allah berjanji akan menambah nikmat kepada
hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun di
akhirat kelak.
Wallaahu ta’ala a’lam wa
ahkam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar