#TaubatNashuha
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
" …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31]
Dzat Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Wahai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang beriman yang bersamanya, sedangkan cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan, ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
[At-Tahrim : 8]
PENGERTIAN TAUBAT NASHUHA
Taubat
nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta'ala yang tidak
ada sekutu bagi-Nya, dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja
atau lupa dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dan berhukum
dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan
para wali Allah yang bertakwa serta menjauhkan antara ia dengan
jalan-jalan syaitan.
WAJIBNYA TAUBAT NASHUHA
Ketahuilah
wahai hamba yang bertaubat, semoga Allah memberikan taufiq kepadamu
untuk melakukan taubat yang akan menghapus dosa sebelumnya dan semoga
Allah membekalimu dengan takwa, bahwa taubat nashuha adalah fardhu 'ain
atas setiap muslim.
Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman:
"…Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31]
Dzat Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang juga berfirman
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya … ." [At-Tahriim : 8]
Allah Yang Maha Penyayang telah berfirman melalui lisan Nabi Syu’aib :
"Dan
mohon ampunlah kepada Rabb-mu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." [Huud: 90]
Ayat-ayat yang mulia lagi tegas ini, sesuai dengan hadits-hadits yang mulia dan shahih.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ، فَإِنِّي أَتُوْبُ إِلَى اللهِ فِي اْليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai
sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya
aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”[1]
Karena itulah umat Islam -semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada umat ini- telah sepakat akan wajibnya melakukan taubat.
Imam
al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam kitab al-Jaami’ li Ahkaamil
Qur’aan, “Umat telah sepakat bahwa taubat adalah kewajiban (fardhu) atas
orang-orang mukmin.”
Dalam kitab Mukhtashar Minhaajul
Qaashidiin, Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, “Umat telah
ijma' (sepakat) akan wajibnya taubat.”
Maka bersegeralah
kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya kalian
akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha
Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang
bertaubat, niscaya Rabb kalian akan membangkitkan kalian pada kedudukan
yang mulia lagi terhormat.
SETIAP ANAK ADAM PASTI BERSALAH
Di
antara hal yang memperkuat akan wajibnya taubat nashuha agar dilakukan
secara kontinyu dan secepat mungkin adalah bahwa manusia manapun tidak
akan pernah lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan, namun setiap
makhluk bertingkat-tingkat dalam kekurangan tersebut sesuai dengan
takdirnya masing-masing, bahkan pada asalnya mereka pasti memiliki
kekurangan. Dan hal itu ditutupi dengan taubat nashuha.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”[2]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَنَّ اْلعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا، لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ، ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ، وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Seandainya
para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk
lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3]
Maka
marilah wahai para hamba Allah kita bersegera melakukan taubat nashuha
yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan
hati dari raan (karat)nya. Karena dosa-dosa adalah karat yang melekat
pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai dan berpaling
dari hal-hal yang akan menjauhkan hati dari sesuatu yang dicintai secara
syara’ adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ،
فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ مِنْهَا، وَإِنْ
زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَذَلِكُمُ الرَّانُ الَّذِي
ذَكَرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ
“Sesungguhnya apabila
seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam
hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta
beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah
dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah hingga menutupi
hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan
oleh Allah dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ [Al-Muthaffifin:
14].”[4]
ANJURAN UNTUK MELAKUKAN TAUBAT NASHUHA
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala telah menganjurkan untuk melakukan taubat dan
beristighfar, karena hal itu lebih baik daripada gemar melakukan dosa
yang terus-menerus dilakukannya.
Allah Ta’ala berfirman:
"
…Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan
jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab
yang pedih di dunia dan di akhirat dan mereka sekali-kali tidak
mempunyai seorang pelindung dan penolong pun di muka bumi." [At-Taubah:
74]
Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang juga berfirman:
"Maka
mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun
kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Al-Maa’idah:
74]
Karena itulah, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
selalu memperbanyak taubat dan istighfar (memohon ampunan) sehingga para
Sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam suatu majelis:
رَبِّ اغْفِرْلِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُوْرُ
“Wahai
Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha
Penerima taubat lagi Maha Pengampun.” Sebanyak seratus kali.[5]
Demikian
pula para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, mereka senantiasa menganjurkan
kaum-kaum mereka untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman melalui lisan
Nabi Shalih :
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara
mereka Shalih. Shalih berkata,
'Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu
dari tanah dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya
kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)." [Huud: 61]
Semoga
Allah merahmati al-Qurthubi rahimahullah yang dalam kitab Tafsiirnya
(V/92) telah menganggap baik perkataan Muhammad al-Waraq yang mengatakan
:
قَـدِّمْ لِنَفْسِكَ تَوْبَـةً مَرْجُـوَّةً
قَبـْلَ الْمَمَاتِ وَقَبْـلَ حَبْسِ اْلأَلْسِنِ
بَـادِرْ بِهَا غَلْـقَ النُّفُوْسِ فَإِنَّهَا
ذُخْـرٌ وَغَنَـمٌ لِلْمُنِيْبِ اْلمُحْـسِنِ
Berikanlah taubat yang diharapkan untuk jiwamu,
sebelum kematian dan sebelum lisan-lisan dibelenggu.
Bersegeralah menutup jiwa dengan taubat karena sesungguhnya,
taubat adalah simpanan dan harta berharga bagi orang yang ingin kembali lagi berbuat kebaikan.
Wallahu a'lam..
Sumber :
At-Taubah an-Nashuha fi Dhau-il Qur'an al-Karim wal Ahadits ash-Shahihah,
Penulis : Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali,
Edisi Indonesia : Luasnya Ampunan Allah,
Penerbit : Pustaka Ibnu Katsir.