Syahida.com – Salah satu hal yang terlihat amat mengherankan adalah
seorang mukmin berdoa tapi doanya tak dikabulkan. Ia tetap berdoa dan terus
berdoa. Namun, ternyata ia harus tetap menanti pengabulannya dalam waktu yang
cukup lama, bahkan ia tak melihat satu pun tanda akan adanya pengabulan!
Dalam kondisi seperti itu seorang
mukmin mesti mengetahui bahwa apa yang tengah dialaminya adalah sebuah ujian
yang memerlukan kesabaran lebih, dan bisikan-bisikan yang bergejolak di jiwanya
adalah sebuah penyakit yang harus diobati.
Aku sendiri pernah mengalami ujian
semacam itu. Suatu hari aku tertimpa suatu masalah, aku lantas berdoa dan terus
menerus berdoa. Tapi ternyata keterkabulan tak jua menyapa, dan iblis pun
langsung berkeliling di daerah muslihatnya.
Suatu saat Iblis membisikiku,
“Kedermawanan Allah tak terbatas dan kekikiran bukan merupakan sifat-Nya. Kalau
begitu, tertundanya pengabulan doa tak mengandung nilai apa pun!”
Enyahlah, Iblis terlaknat!’
bentakku. “Aku tak membutuhkan pengadu domba dan aku tak pernah memintamu
menjadi penasihatku!”
Setelah itu aku menasihati jiwaku,
“Jangan sekali-kali kamu mengiyakan bisikan-bisikan Iblis! Karena, andaikata
hikmah yang terkandung dalam keterlambatan terkabulnya doa hanya supaya kamu
memerangi musuhmu, maka itu adalah hikmah yang besar.”
Maka ia bertanya, “Kalau begitu,
jelaskanlah padaku mengapa doa tidak segera dikabulkan dalam kasus seperti
ini?”
Aku pun memberikan jawaban berikut
ini:
Pertama, telah jelas berdasarkan
dalil yang kuat, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla adalah pemilik, dan seorang
pemilik berhak memberikan atau tidak memberikan apa-apa yang dimilikinya. Oleh
karena itu, memprotesnya adalah suatu tindakan yang tak punya alasan, walau
cuma sedikit.
Kedua, telah pasti berdasarkan
dalil-dalil yang tegas, kebijaksanaan Allah, mungkin kamu melihat sesuatu
sebagai hal yang baik, tapi kebijaksanaan Allah justru melihatnya dengan
penglihatan berbeda. Beberapa tindakan dokter terlihat mengandung bahaya bila
dilihat dari luar, padahal tujuannya adalah kesembuhan dan sangat mungkin
keterlambatan terkabulnya doa sama dengan tindakan dokter ini.
Ketiga, keterlambatan terkabulnya
doa bisa jadi malah merupakan kebaikan, sedangkan terkabulnya doa secara cepat
justru merupakan keburukan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pun
telah bersabda, “Seorang hamba akan tetap berada dalam kebaikan selagi ia
tak terburu-buru dengan mengatakan, ‘Saya telah berdoa tapi belum juga
dikabulkan’.”
Keempat, tidak dikabulkannya suatu
doa mungkin disebabkan cacat yang ada pada dirimu. Mungkin makananmu mengandung
barang syubhat, mungkin hatimu lalai saat berdoa, atau mungkin ini merupakan
hukuman untukmu karena dosa yang tidak kau sesali dengan sungguh-sungguh. Oleh
sebab itu, selidikilah apa-apa yang telah kusebutkan, mudah-mudahan engkau bisa
menemukannya.
Suatu hari seorang pria Ajam masuk
ke rumah Abu Yazid rahimahullah, beberapa saat kemudian ia pulang dan
melihatnya. Abi Yazid berdiri di pintu dan menyuruh salah seorang muridnya
masuk untuk mengambil tanah yang baru menempel di dalamnya. Tiba-tiba orang
Ajam itu bangkit dan pergi, Abu Yazid rahimahullah ditanya tentang
masalah ini, maka ia menjawab, “Tanah ini berasal dari sumber yang tidak jelas
halal-haramny dan ketika barang syubhat itu telah hilang, maka orang Ajam itu
pun ikut pergi.”
Suatu saat Ibrahim bin Khawwash rahimahullah
keluar rumah untuk mengingkari sebuah kemungkinan. Aneh, anjingnya justru
menggonggonginya dan menghalanginya. Ibrahim kembali pulang, masuk masjid dan
mengerjakan shalat, lalu keluar lagi. Ajaib, kali ini anjingnya malah
mengipas-ipaskan ekornya seolah memberi dukungan kepadanya.
Kelima, engkau seyogianya meneliti
ulang tujuanmu meminta apa yang kau pinta. Bisa jadi terkabulnya doamu justru
akan menambah dosamu, atau menunda waktu kenaikan kedudukanmu dalam kebaikan
sehingga ketidakterkabulan doamu malah lebih baik untukmu.
Pada zaman dahulu seorang ulama
salaf pernah berdoa kepada Allah agar diberi kesempatan berperang. Tiba-tiba
sebuah suara tanpa rupa meneriakinya, “Jika kamu berperang kamu akan ditawan,
dan jika kamu ditawan kamu akan dimurtadkan.”
Keenam, ketiadaan apa yang kau
inginkan sangat mungkin akan membuatmu mengiba dan memohon belas kasih di pintu
Tuhanmu, sedangkan terkabulnya doa bisa jadi akan membuat lupa pada Dzat yang
kamu minta. Ini adalah sesuatu yang kasat mata, sebab kalau bukan karena
musibah ini tentu kami tak pernah melihatmu ada di pintu pengibaan. Allah ‘Azza
wa Jalla telah mengetahui bahwa makhluk-makhluk-Nya sering kali
melupakan-Nya bila Dia memberikan kebaikan kepadanya.
Karena itu, sesekali Dia memberi
cobaan pada mereka di sela-sela kenikmatan-kenikmatan yang diberikan-Nya supaya
mereka terdorong mendekat ke pintu-Nya guna meminta pertolongan-Nya. Dengan
demikian, ini termasuk karunia meski dalam bentuk bencana, dan bencana yang
sesungguhnya adalah sesuatu yang membuat seseorang melupakan-Nya, sedang
sesuatu yang bisa memberdirikanmu di hadapan-Nya adalah murni kebaikan yang
diberikan-Nya kepadamu.
Jika anda merenungkan dengan
sungguh-sungguh keterangan-keterangan di atas, Anda pasti akan mengabaikan
kegagalanmu memperoleh keinginanmu dan menyibukkan dirimu dengan hal-hal yang
lebih bermanfaat untukmu. Misalnya membuang jauh-jauh kelemahanmu, meminta
ampun atas kesalahan-kesalahanmu serta berdiri mengiba di pintu Raja seluruh
raja. [ ]
Sumber : Kitab Shaid Al-Khatir
Nasihat Bijak Penyegar Iman, Ibnu Al Jauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar