Senin, 22 Desember 2014
Peranan Wanita dalam Islam
Persamaan
gender yang banyak didengung-dengungkan oleh kaum barat, ternyata telah
merasuk ke tubuh kaum muslimah umat ini. Mereka telah tertipu dengan
pemikiran kaum barat, bahkan tidak sedikit yang mengekor pemikiran
tersebut. Lantas bagaimana sebenarnya peranan wanita islam dalam
membangun keluarga atau masyarakat? Mari kita simak tulisan berikut,
bagaimana seharusnya wanita membangun sebuah keluarga bahkan Negara?
Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi, dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian? Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)
Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah dalang di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu atau bahkan seorang imam? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbingnya.
Mari kita simak perkataan seorang shahabiyah, Khansa ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad.
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa seseungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu dan raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan”
Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu, lalu salah seorang dari mereka mengingatkan saudara-saudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah)
Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.
Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang diridhoi Allah dan rasulnya. Karena anak-anaknya lah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya.
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Sebut saja, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Tahukah para pembaca dengan Imam Shalat Masjidil Haram, Asy-Syaikh Sudais? Apa yang melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram? Tidak lain adalah karena harapan dan doa dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar dan membuatnya bersemangat untuk menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram.
Pernahkan para pembaca membaca kisahnya seorang tabi’in Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi? Seorang ulama yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk berjihad selama 30 tahun dan hidup bersama ibunya. Dengan bekal yang diberikan oleh sang ayah, namun dihabiskan hanya untuk pendidikan anaknya oleh ibunya, menjadikan sang anak berkembang menjadi seorang ulama dan pemuka Madinah, yang bahkan Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Sufyan Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’I, Laits bin Sa’id dan lainnya. Hal ini karena pengaruh dari seorang ibu yang sholehah yang mendidik anaknya dengan sangat baik.
Ini adalah segelintir kisah-kisah yang mengagumkan akan pengaruh yang amat besar dari seorang ibu, dan masih banyak kisah-kisah lainnya jika kita mau mencari dan membacanya.
Karenanya, jika para wanita sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya. Apalagi berangan-angan untuk menggantikan posisi laki-laki dalam mencari nafkah.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk menyepelekannya.
Persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita.
Ingatlah, Pemimpin-pemimpin yang adil dan generasi-generasi yang baik akan muncul seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
—
Penulis: Rian Permana
Artikel Muslim.Or.Id
Peranan wanita dalam keluarga
Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga lah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.Pertama: Wanita sebagai seorang istri
Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah yang dapat menyemangatinya.Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi, dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian? Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)
Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Kedua: Wanita sebagai seorang Ibu
Tidak ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang:“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah dalang di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu atau bahkan seorang imam? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbingnya.
Mari kita simak perkataan seorang shahabiyah, Khansa ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad.
“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa seseungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu dan raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan”
Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu, lalu salah seorang dari mereka mengingatkan saudara-saudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah)
Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.
Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang diridhoi Allah dan rasulnya. Karena anak-anaknya lah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya.
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Sebut saja, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Al-Bukhori dll adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Tahukah para pembaca dengan Imam Shalat Masjidil Haram, Asy-Syaikh Sudais? Apa yang melatarbelakangi beliau menjadi Imam shalat Masjidil Haram? Tidak lain adalah karena harapan dan doa dari ibu beliau. Seorang ibu yang terus menerus memotivasi anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, telah membuat tekad Syaikh Sudais kecil menjadi besar dan membuatnya bersemangat untuk menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram.
Pernahkan para pembaca membaca kisahnya seorang tabi’in Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi? Seorang ulama yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk berjihad selama 30 tahun dan hidup bersama ibunya. Dengan bekal yang diberikan oleh sang ayah, namun dihabiskan hanya untuk pendidikan anaknya oleh ibunya, menjadikan sang anak berkembang menjadi seorang ulama dan pemuka Madinah, yang bahkan Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Sufyan Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’I, Laits bin Sa’id dan lainnya. Hal ini karena pengaruh dari seorang ibu yang sholehah yang mendidik anaknya dengan sangat baik.
Ini adalah segelintir kisah-kisah yang mengagumkan akan pengaruh yang amat besar dari seorang ibu, dan masih banyak kisah-kisah lainnya jika kita mau mencari dan membacanya.
Karenanya, jika para wanita sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya. Apalagi berangan-angan untuk menggantikan posisi laki-laki dalam mencari nafkah.
Peranan wanita dalam masyarakat dan Negara
Wanita disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Penutup
Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum wanita, maka jelaslah bahwa wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat bahkan Negara. Masyarakat atau Negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam Negara tersebut dan begitupun sebaliknya.Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk menyepelekannya.
Persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita.
Ingatlah, Pemimpin-pemimpin yang adil dan generasi-generasi yang baik akan muncul seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
—
Penulis: Rian Permana
Artikel Muslim.Or.Id
Minggu, 21 Desember 2014
Doa untuk Ibu Kita Tercinta
Salah satu cara yang dapat seorang anak lakukan untuk berbakti kepada orang tua nya adalah dengan senantiasa memanjatkan doa untuk mereka. Tidak terkecuali untuk ibunya. Seorang anak hendaknya senantiasa memanjatkan doa untuk ibu nya karena doa dari anak yang sholeh akan sangat berguna bagi orang tua kita.
Pentingnya Mendoakan Ibu dan Ayah kita
Penting sekali bagi seorang anak untuk senantiasa memanjatkan doa untuk ibu
dan ayahnya. Doa seorang anak merupakan salah satu hal yanag akan
membantu orang tua kita baik ketika mereka di dunia terlebih lagi ketika
di akherat kelak. Dikatakan bahwa amalan seseorang akan terputus
kecuali tiga perkara dan salah satunya adalah doa anak yang sholeh untuk
ibu dan ayahnya. Hal ini sejalan dengan satu hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim Rahimahullah:
Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu ia berkata, Rasulullah Shlolallohu’alaihi wa sallam telah bersabda : “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.’‘ (HR Muslim).
Cara Berdoa untuk Ibu dan Ayah
Pada dasarnya untuk mendoakan seseorang termasuk ibu dan ayah
kita, tidak ada perbedaan dengan cara berdoa yang lain. Berdoa untuk
orang tua dapat kita lakukan kapan pun dan dimanapun kita berada. Akan
tetapi alangkah baiknya jika kita berdoa di waktu-waktu yang memang
Alloh dan Rasul-Nya sampaikan bahwa waktu dan tempat itu memang mustajab
untuk dikabulkannya doa, seperti diakhir sholat, diantara azan dan
iqomah, ketika kita sedang sujud dan yang lainnya. Untuk lebih jelas
tentag masalah ini, bisa melihat artikel terkait tentang Etika memanjatkan doa untuk orang tua (klik linknya).
Berikut doa yang mashur di kalangan kita untuk mendoakan ibu dan ayah kita yang dikutip dari al-Quran:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Artinya :
Artinya :
“Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku.” (QS. Nuh : 28)
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra : 24)
Doa yang lebih mashur dan banyak dikenal dikalangan kita mungkin gabungan dari kedua ayat tersebut yaitu:
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
Artinya: “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
Pada dasarnya berdoa untuk ibu dan ayah
kita bisa dengan bahasa yang kita pahami jika memang tidak mampu untuk
menghafalnya. Hendaknya kita senantiasa mendoakan orang tua
kita akan kebaikan baik di dunia maupun diakherat. Doakan lah ibu dan
ayah kita agar senantiasa istiqomah di jalan Islam dan diatas Hidayah
Alloh Subhanahuwata’ala serta mendapatkan kebahagiaan di akherat kelak.
Demikian artikel tentang Doa untuk Ibu
kita tercinta ini, semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
para pembaca sekalian. Tahukah kita bahwa berbakti kepada orang tua
kita pun bisa dengan jalan sedekah? Sekiranya ada yang berminat?
Silahkan salurakan donasi anda sebagai hadiah untuk orang tua dengan
ikut bersedekah al Quran untuk ribuan pesantren di indonesia. (Klik di sini jika bersedia). Terimakasih atas kunjungannya!
Sumber
Hari Ibu
IBU,
kaulah GURU dan TELADAN
yang TERBAIK
kaulah SEGALANYA dalam hidupku.
◦◦ I LOVE YOU IBU ◦◦
◦◦ I LOVE YOU IBU ◦◦
Senin, 22 Desember 2014 hari istimewa untuk IBU. Kata-kata indah yang terlantun tidak akan cukup mengganti segenap 'Kasih Ibu" yang senantiasa tercurah dari ibunda. Namun, inilah persembahan sebagai bukti cinta untuk ibu.
Kasih ibu
Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga
Sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia
Banyak cara merayakan Hari Ibu Nasional yang jatuh setiap 22 Desember. Dalam sejarahnya, perayaan ini mengingatkan kita pada Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928. Dari sanalah tercetus ide menjadikan sebuah hari istimewa untuk memperingati Hari Ibu seperti masyarakat internasional.
Pada Kongres Perempuan Indonesia III tahun 1938, ditetapkanlah tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Hal ini kemudian diperkuat oleh Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno. Kini, 76 tahun berlalu sejak penetapan Hari Ibu Nasional, berbagai kegiatan mewarnai perayaannya. Namun, tak boleh diabaikan adalah susunan kata yang terangkai untuk ibunda tercinta.
Ketika jarak membentang, ketika tak lagi bisa saling bersua sesering dahulu, menyampaikan puisi dan pantun untuk ibu adalah cara terampuh menunjukkan cinta kita di Hari Ibu. Berikut ini Sidomi rangkumkan berbagai contoh kumpulan puisi dan pantun tersebut.
Surga di telapak kaki ibu … Betapa mulia pengorbanan ibunda yang telah diberikan kepada anak-anaknya, hingga surga yang demikian mulia bagai menyatu dengannya. Selamat Hari Ibu.
Ya Rabb, syukur tak terhingga kuucap kepada-Mu atas anugerah orang tua sebagai pembimbing jiwa ini.
Jika ada hari untuk membalas segala sesuatu yang telah diberikan Ibu kepada saya, maka setiap hari adalah Hari Ibu.
Ibu, keajaiban dalam hidup, adalah terlahir dari rahimmu. Engkaulah wanita yang telah memberi kami cinta dan pengorbanan. Selamat Hari Ibu.
Kulihat garis kelopak matanya yang sudah mulai berkerut dan aku tahu, tanpanya aku bukanlah apa-apa. Aku hanya seorang manusia lemah yang butuh kekuatan. Kekuatan cinta dan kasih ibunda tercinta.
Ibu, kau telah melihat aku tertawa, Kau juga pernah melihat aku menangis, Dan kau selalu ada di sana bersamaku, Aku mungkin tidak selalu mengatakan hal ini, Tapi terima kasih untuk segalanya dan aku mencintaimu. Selamat Hari Ibu.
Dia tak pernah letih menasehatiku. Dia yang selalu menemani. Aku tak tahu apa yang mesti diperbuat tanpa dia. Dia yang selalu mengerti dan memahamiku. Selamat Hari Ibu
Make for me a place within your heart
On which I can depend. For only you
Touch the ancient wellsprings of my tears,
Home through all the wanderings of my years,
Eden that no other can renew,
Root I cannot rend through rage or art.
Tak ada sutera yang begitu lembut seperti belaian seorang ibu. Tak ada tempat yang paling nyaman selain pangkuan seorang ibu. Tak ada bunga yang lebih cantik selain senyummu. Tak ada jalan yang berbunga-bunga layaknya yang dicetak dengan langkah kakimu. Engkaulah alasan aku ada.
Untuk ibu yang selalu memiliki senyum untukku … Aku tahu kita mungkin berjauhan sekarang Jadi, kukirimkan pesan ini agar Engkau tahu aku senantiasa mencintaimu. Selamat Hari Ibu.
'Kasih Ibu'
Kasih Ibu
(Ciptaan SM Mochtar)
Kasih ibu, kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
menyinari dunia.
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya
menyinari dunia.
Mother's Love
A Mum's love to me
Can not be measured till end of time
For it's only giving
Without expecting any in return
Like a sun
Giving its ray to the world.
Love of my mother
Which be given to me
Never becomes die
As long as my life
Only give to me
Never hope to return
It's just like the sun
Which is shining to this world
Selasa, 16 Desember 2014
" THE SCHOOL OF LIFE "
Assalamualaikum….
Jika semua yang kita kehendaki
langsung dapat kita miliki, darimana kita belajar " IKHLAS? "
Jika semua yang kita impikan segera
terwujud, darimana kita belajar "SABAR". Jika setiap doa kita terus
dikabulkan bagaimana kita dapat belajar " IKHTIAR ?"
Seorang yang dekat, taat, tekun berdoa kpd Tuhan, bukan berarti tidak ada masa sulit, kekurangan, linangan air mata
Ketika hatimu terluka sangat
dalam....saat itu ...kita sedang belajar "MEMAAFKAN".
Ketika kita lelah kecewa, saat
itu...kita sedang belajar tentang "KESUNGGUHAN".
Ketika kita merasa sepi sendiri....maka saat itu....kita sedang belajar "KETANGGUHAN".
Ketika kita merasa sepi sendiri....maka saat itu....kita sedang belajar "KETANGGUHAN".
Ketika kita harus membayar biaya
yang sebenarnya tak perlu kau tanggung...maka saat itu...kita sedang belajar
tentang "KEMURAHAN HATI" .
Saat kerja kita tidak dihargai, maka
saat itulah...kita sedang belajar tentang "KETULUSAN".
Ketika usaha kita dinilai tidak
penting....saat itu kita sedang belajar"KEIKHLASAN".
Ketika hati kita merasa terluka
sangat dalam....saat itu ...kita sedang belajar "MEMAAFKAN".
Ketika kita lelah kecewa, saat
itu...kita sedang belajar tentang "KESUNGGUHAN".
Allah SWT berdaulat penuh atas hidup kita.... Dia Maha Mengetahui yang tepat dan terbaik.
"Allah SWT meletakkan kita di
tempat ‘kita’ dalam ‘kondisi’ yang sekarang ini...untuk
BELAJAR......BELAJAR.....BELAJAR..... Bukan karena ‘Kebetulan’ ...
Orang hebat ...tak dihasilkan
melalui kemudahan..., kesenangan dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui
berbagai masalah, kesukaran, tantangan dan air mata.
Sesungguhnya kita sedang belajar
sepanjang hayat, menimba ilmu, menjalani INDAHNYA belajar di Universitas
KEHIDUPAN
Semoga Allah SWT selalu melindungi,
merahmati, memberi karunia terbaik-Nya, kita lebih bersemangat, sabar,
tersenyum. Aamiin...YRA
— senang sekali .
Langganan:
Postingan (Atom)