Dusun Sade terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berjarak kurang lebih 30 kilometer dari kota Mataram. Sade berada tepat di tepi jalan raya Praya – Kuta. Hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit perjalanan menuju ke Sade.
Kunjungan 28 Juni 2010 ke Sade sungguh mengesankan.
Desa Sade terletak di pinggir jalan antara Kota Mataram-Prayan, ibukota Lombok Tengah. Jarak dari kota Mataram kurang lebih 20 kilometer atau setengah jam perjalanan dengan mobil. Wisatawan yang hendak ke sana bisa menggunakan angkutan umum dari Kota Mataram menuju Prayan.
Desa
Sade berada di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dihuni 152
kepala keluarga (KK) dan jumlah keluarga sekitar 700 orang. Seluruh
kepala keluarga di desa tersebut bermata pencaharian petani. Sedangkan
kaum wanitanya memiliki pekerjaan sampingan menenun dengan alat tenun
bukan mesin (ATBM).
''Pekerjaan
menenun merupakan pekerjaan sambilan kaum wanita di sini, setelah tidak
ada pekerjaan di sawah. Hasil tenunan ini kemudian dikumpulkan untuk
dijual di art shop koperasi. Setiap art shop beranggotakan 15-20 orang,'' kata pemandu wisatawan di Desa Sade, Selasa (28 Juni 2010) yang lalu.
Hasil
tenunan warga Sade berupa taplak meja, kain sarung, kain sal, kain
songket, selendang dan lain-lain. Tenunan tersebut dipajang di
emperan-emperan rumah mereka atau di gasebo di sekitar rumah. Sedangkan
para wisatawan bisa berkeliling menyusuri lorong kecil dari rumah ke
rumah warga Sade.
Harga
kain tenunan yang dijual di Desa Sade berharga antara 50-200 ribu.
Hasil penjualan dibagi setiap bulan sekali. Setiap anggota koperasi bisa
mendapatkan antara Rp 100-150 ribu per bulan. ''Besar kecilnya
penghasilan tergantung dari ramai tidaknya wisatawan yang datang ke
sini. Bulan Desember merupakan hari yang ramai.''
Harga hasil tenunan antara art shop
yang satu dengan yang lain sudah mempunyai patokan. Sehingga barang
yang sama tidak jauh berbeda harganya. ''Ini untuk menjaga agar tidak
terjadi persaingan yang tidak sehat,'' katanya.
Kerukunan
juga terjadi pada diantara pemandu wisata yang jumlahnya 12 orang.
Mereka memandu para wisatawan yang datang ke Desa Sade dengan imbalan
seikhlasnya dari wisatawan yang dipandunya.
Selain
melihat hasil tenunan, wisatawan juga bisa melihat tentang rumah adat
suku Sasak yang disebut Bale Tani. Rumah adat ini terbuat dari kayu,
bambu dan daun rumbia sebagai atapnya.
Bale Tani ini terdiri dari dua bagian yaitu emperan dan ruang dalam. Ruangan
ini dipisahkan dengan pintu yang cukup kuat. Emperan tempat bapak, ibu
dan anak laki-laki tidur. Sedangkan ruang dalam dipergunakan untuk anak
gadis dan ibu melahirkan. Emperan ini dibuat tinggi di atas lutut orang
dewasa. Kemudian ruang dalam dihubungkan dengan tiga trap untuk menuju
pintu masuk. Di emperan ada tempat tidur dan tikar sebagai alas tidur.
Bale
Tani yang masih asli, lantainya terbuat dari tanah liat. Setiap
seminggu sekali lantai tersebut diolesi dengan kotoran sapi atau kerbau.
Maksudnya agar nyamuk tidak suka berada di rumah tersebut. Sedangkan
untuk kesejahteraan warga, Desa Sade juga mempunyai lumbung padi yang
dibuat terpisah dari Bale Tani. Lumbung padi ini dibuat tinggi, sehingga
di bawahnya bisa digunakan untuk aktivitas warga atau sebagaiart shop.
Desa
Sade juga mempunyai adat menanam batu nisan bagi orang yang sudah
meninggal. Penanaman batu nisan dilakukan seminggu kemudian dengan
mengadakan 'selamatan.' Dengan mengundang tetangga lalu membacakan
ayat-ayat Alquran sampai Subuh. ''Penanaman batu nisan ini tergantung
kemampuan keuangan keluarga yang ditinggalkan. Kalau mampu ya, seminggu
setelah meninggal, tetapi kalau tidak ya 100 harinya.''
Selama di dalam dusun ini sangat terasa kerukunan, kenyamanan dan kedamaian lingkungan, kenyamanan yang sangat sulit didapat di kota besar, walaupun dusun Sade berada di tempat keramaian tepi jalan raya sungguh terasa sekali kedamaian dan kerukunan saat berada di Sade.
Sahabat, ayo... nikmati kedamaian di dusun Sade Lombok.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar