MAKNA KALIMAT TAUHID LAA ILAAHA ILLALLAH – ISLAMICRO | LA ILAHA ILLA AL
Sebelum pembahasan kalimah tauhid Laa ilaha Illallah Secara rinci, berikut kami paparkan terjemahannya per kata:
لا (tidak), kata nafi (menafikan/menidakkan).اله (tuhan), manfiy (yang dinafikan/ditiadakan).لااله (tidak ada tuhan), menafikan dan menghapus semua bentuk penyembahan kepada selain Allah.الا الله (selain Allah), menetapkan penyembahan (ibadah) hanya kepada Allah.Jadi : لااله الا الله = لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا الله = Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.
Makna kalimat la ilaha illallah
Makna Kalimat la ilaha illallah adalah لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ الله (tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah). Inilah makna sebenarnya yang telah didefinisikan oleh para ulama ahlisunnah waljama’ah, makna ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Haj, ayat 62, yang artinya:
“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah Dialah (Tuhan) yang Hak (benar) dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil.“
Akan tetapi ada beberapa penafsiran yang keliru tentang kalimat la ilaha illallah yang telah tersebar luas di dunia Islam di antaranya:
1. Menafsirkan kalimat la ilaha illallah dengan (لاَ مَعْبُوْدَ إِلَّا الله): “Tidak ada yang diibadahi selain Allah”. Padahal makna tersebut rancu, ini berarti setiap yang diibadahi baik benar maupun salah adalah Allah subhanahu wata’ala. Karena Allahsubhanahu wata’ala menamakan semua yang disembah di muka bumi sebagai إله (Tuhan). Ketika Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wasallammengatakan kepada orang-orang musyrik: La ilaha illallah maka meraka mengatakan
أَجَعَلَ اْلآلِهَةَ إِلهًا وَاحِدًا إِنَّ هذَا لَشَيْءٌ عُحَابٌ
“Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak ini menjadi Tuhan yang satu saja? sesungguhnya ini sesuatu yang mengharankan.” [QS. Shood: 5]
2. Menafsirkan kalimat la ilaha illallah dengan (لاَ خَالِقَ إِلاَّ الله) “Tidak ada pencipta kecuali Allah”, padahal makna tersebut adalah sebagian makna dari kalimat la ilaha illallah dan ini masih berupa Tauhid Rububiyah (tauhid yang mengakui keesaan Allah saja), sehinga belum cukup. Karena orang-orang kafir jahiliyah dahulu telah meyakini Allah adalah Tuhan pencipta alam, sebagaimana Allah jelaskan dalam al-Qur’an
وَلِئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقَوْلُنَّ اللهُ
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka, sipakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, Allah.” (QS. Az – Zuhkruf: 87)
3. Ada juga yang menafsirkan la ilaha illallah dengan (لاَ حَاكِمَ إِلاَّ الله ): “Tidak ada hakim/penguasa kecuali Allah”. Pengertian ini pun tidak mencukupi makna kalimat tersebut karena apabila mengesakan Allah hanya dengan pengakuan sifat Allah Yang Maha Penguasa saja namun masih berdo’a kepada selain-Nya atau menyelewengkan tujuan ibadah kepada sesuatu selain-Nya, maka hal ini belum dikatakan (telah menjalankan makna kalimat tersebut, yaitu bertauhid kepada Allah-red).
Rukun لا إله إلا الله
Kalimat la ilaha illaallah memiliki 2 rukun yaitu النَّفْيُ (meniadakan) danالإِثْبَاتُ (menetapkan). Yang dimaksud dengan “meniadakan” adalah menjauhi sesembahan selain Allah baik Malaikat yang dekat dengan-Nya atau pun para Nabi dan Rasul yang diutus. Sedangkan yang dimaksud dengan “menetapkan” adalah menetapkan sesembahan yang benar hanya milik Allah semata. Adapun sesembahan yang lain semuanya sesembahan yang batil. Hal ini sebagaiman firman Allah yang artinya:
“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah Dialah (Tuhan) yang Hak (benar). Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil.” (QS. Al – Hajj: 62).
Dalam bahasa Arab, kata (ilah /اله) adalah isim mashdar dalam arti isim maf’ul, yaitu (ma’luh/مألوه ) yang mempunyai arti معبود /ma’bud (yang disembah/diibadahi) baik secara batil (salah) maupun secara hak (benar).
Namun, banyak pula orang yang justru menyembah sesuatu yang bathil.
Yang diibadhai secara batil termasuk di antaranya adalah jin, malaikat, matahari, bulan, bintang, berhala, manusia dan hawa nafsu.
Tentang jin dan malaikat, Allah berfirman :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (40) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ (41)
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”. Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS. Saba’/34 : 40-41)
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19) وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (20)
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban. Dan mereka berkata: “Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (QS. Az-Zukhruf/43 : 19-20).
وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٌۭ مِّنَ ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍۢ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًۭا
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jinn/72:6)
Tentang matahari dan bulan Allah berfirman :
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat/41 : 37)
Tentang berhala, Allah berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al-An’am/6 : 74)
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138)
138. Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab: “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” (QS. Al-A’rof:138)
Tentang manusia yang disembah karena kediktatorannya, Allah berfirman :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan berkata Fir`aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al-Qashash/28 : 38)
Sedangkan manusia yang disembah karena dikultuskan, Allah berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah/9 : 31)
Tentang disembahnya hawa nafsu, Allah berfirman :
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. Al-Furqan/25 : 43)
Adapun kata (ilah /اله) dalam arti diibadahi secara hak atau benar adalah (الله /Allah) sebagaimana firman Allah :
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); (QS. Al-Baqarah/2 : 255)
Sedangkan (الله ) adalah satu-satunya zat pencipta dan Mahakuasa sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas dan ayat-ayat lain.
Firman Allah :
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (88)
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Qashash/28:88)
Wallahu A’lam Bishawab