Senin, 16 Februari 2015

"JAGA SILATURAHMI'



 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. 
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS: An-Nisaa Ayat: 1)


Silaturahmi
artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan  bersilaturahmi yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan oleh anak dan keturunannya.
 

Silaturahmi tidak sekedar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan Ar-rahiim yang berarti kasih sayang. Ketika seorang muslim melakukan silaturahmi, rahmat allah akan begitu terasa tatkala tercipta hubungan yang baik antar mereka. Rasulullah saw bersabda "sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR Ibnu Majah).
Allah menjanjikan beberapa keutamaan bagi umat muslim yang menjalin silaturahmi. Di antara keutamaan tersebut antara lain:
Pertama, silaturahmi dapat menambah umur dan memperluas rizqi. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, silaturahmi adalah indikasi keimanan seseorang. Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”. (HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga, menyambung silaturahmi berarti menyambung hubungan dengan sang khaliq. Dari Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda, “Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: “Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, silaturahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka. Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka. Maka Nabi saw bersabda : “Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kelima, silaturahmi memungkinkan pahala kita mengalir. Saat orang-orang yang dijalin silaturahminya mendoakan kita, saat itu pula pahala kita mengalir.
Keenam, ridho & rahmat Allah ada pada orang yang menjalin silaturahmi, sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al Hujuraat : 10)
Ketujuh, silaturahmi memiliki ganjaran yang besar. Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: “Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: “Apakah sudah engkau lakukan?” Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda: “Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu.” (HR Bukhori dan Muslim)

Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga
hubungan silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1). Sebagai umat Islam, perintah
Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah SWT itu
adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri
untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT serta
menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.


Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka
melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat
Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:


1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT.

2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah
membuat seseorang berbahagia."

3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.

4. Disenangi oleh manusia.

5. Membuat iblis dan setan marah.

6. Memanjangkan usia.

7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.

8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu
keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin
hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama,
meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan
memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah
pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka
bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu
mendoakannya.Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi,,,


Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang suka bersilaturahmi....


Sahabat, sungguh menggiurkan melihat keutaman-keutamaan yang Allah janjikan ketika kita menjalin silaturahmi. Karena itu, sebagai seorang muslim hendaklah kita mulai menjalin silaturahmi dengan ikhlas mengharap ridho Allah. Tidak hanya dilakukan saat momen idul fitri di bulan Syawal saja, tapi juga pada 11 bulan lainnya. Semoga kita menjadi orang yang senantiasa menjalin silaturahmi dan memperoleh keutamaan-keutamaannya.

"Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan
kebaikan ataupun keburukan? 'Sesuatu yang paling cepat mendatangkan
kebaikan,' sabda Rasulullah SAW, 'adalah balasan (pahala) orang yang
berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang
paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi
orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR
Ibnu Majah). 

Silaturahmi tidak sekadar bersentuhan tangan atau memohon maaf
belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek
mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata silaturahmi
itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau
menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang.

Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang
asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna
sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang
bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW
bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang
membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah
menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari
bahwa silaturahmi tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh, namun
harus melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi bahasa tubuh dan
bahasa hati, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih
baik dan lebih bermutu daripada yang dilakukan orang lain pada kita.

Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini
tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang
yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja
kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi
kalau kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita atau
seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita
mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang
sebenarnya.

Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal
yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul
pada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian
menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan
persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara
yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan
mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang
besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan
diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR
Bukhari Muslim).

Dari sini terlihat jelas, betapa pentingnya menyambungkan tali
silaturahmi dan memperkuat nilai persaudaraan tersebut. Betapa tidak!
Dengan silaturahmi maka akan terjalin rasa kasih sayang dengan sesama
manusia, bahkan dengan makhluk Allah lainnya. Bila ini terjadi maka
rahmat dan kasih sayang Allah pun akan turun dan menaungi hidup kita. 

Tapi sebaliknya, rahmat dan kasih sayang Allah akan menjauh bila tali
silaturahmi sudah terputus di antara kita. Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu
kaum yang di dalamya ada orang yang memutuskan tali persaudaraan".

Seorang sahabat yang bernama Abu Awfa pernah bekisah. Ketika itu,
kata Abu Awfa, kami berkumpul dengan Rasulullah SAW. Tiba-tiba beliau
bersabda, "Jangan duduk bersamaku hari ini orang yang memutuskan tali
silaturahmi". Setelah itu seorang pemuda berdiri dan meninggalkan
majelis Rasul. Rupanya sudah lama ia memendam permusuhan dengan
bibinya. Ia segera meminta maaf kepada bibinya tersebut, dan bibinya
pun memaafkannya. Ia pun kembali ke majelis Rasulullah SAW dengan
hati yang lapang. 

Sahabat, bagaimana mungkin hidup kita akan tenang kalau di dalam hati
masih tersimpan kebencian dan rasa permusuhan. Perhatikan keluarga
kita, kaum yang paling kecil di masyarakat. Bila di dalamnya ada
beberapa orang saja yang sudah tidak saling tegur sapa, saling
menjauhi, apalagi kalau di belakang sudah saling menohok dan
memfitnah, maka rahmat Allah akan di jauhkan dari rumah tersebut.
Dalam skala yang lebih luas, dalam lingkup sebuah negara. Bila di
dalamnya sudah ada kelompok yang saling jegal, saling fitnah, atau
saling menjatuhkan, maka dikhawatirkan bangsa tersebut akan semakin
jauh dari rahmat dan pertolongan Allah SWT. 

Dari sini bisa kita pahami kenapa Rasul tidak menoleransi sekecil
apapun perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda, "Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, sebab prasangka
itu sedusta-dustanya cerita. Jangan pula menyelidiki, mematai-matai,
dan menjerumuskan orang lain. Dan janganlah saling menghasud, saling
membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba Allah
yang bersaudara" (HR Bukhari Muslim). 

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin
dengan baik. Ini sangat penting. Sebab, bagaimana pun besarnya umat
Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya, laksana buih
di lautan yang mudah diombang-ambing gelombang, bila di dalamnya
tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah. 
 
Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar