Minggu, 01 Februari 2015

"Bersyukur Sebuah Kebahagiaan"

Sungguh, betapa beruntungnya Anda, jika telah ada dalam barisan kafilah,. Kafilah yang tak akan menyerah walau jalan yang ditempuh begitu panjang. Mungkin Anda kan termakan usia atau bahkan gugur ditengah perjalanan ini, namun sekali lagi, tolak ukur suatu perjuangan bukanlah sampainya suatu perjuangan pada tujuan dan misi yang ditetapkan –walaupun ini suatu keniscayaan-, namun ditentukan dari keistiqamahan dan konsistennya Anda mengarunginya.


 “Dan sungguh Kami benar-benarakan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, hilangnyajiwa, dan sedikitnya buah-buahan… (Surah al-Baqarah : 155)




 “Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.”(Q.s. Ibrahim: 7)

Mungkin Anda akan melihat sebagian yang tergabung dalam kafilah ini memiliki khilaf dan ketergelinciran, atau tak sejalan dengan pendapat yang Anda miliki, namun tetaplah bertahan, sebab ia hanyalah fitrah manusia, dan suatu kelumrahan yang mesti ada dalam suatu komunitas orang-orang baik, sekalipun komunitas para sahabat radhiyallaahu’anhum. Bahkan tugas Anda saat itu adalah menasehati dan berlapang dada akan adanya perbedaan selama yang dijunjung tinggi adalah manhaj yang shahih.

 Tetaplah bersabar mengarungi ujian dalam jalan ini, sebab ia kan berakhir pada jannah-Nya, insyaAllah.

 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Q.s. an-Nahl: 18)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS Ali ‘Imran : 3).

 “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia 
(yang berjasa padanya)”. 4


 "Bersyukur Sebuah Kebahagiaan"

 Perlu diperhatikan, bahwa orang-orang mukmin sejati tetap bersyukur kepada Allah sekalipun mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit. Seseorang yang melihat dari luar mungkin melihat berkurangnya nikmat pada diri orang-orang yang beriman. Padahal, orang-orang beriman yang mampu melihat sisi-sisi kebaikan dalam setiap peristiwa dan keadaan juga mampu melihat kebaikan dalam penderitaan tersebut. Misalnya, Allah menya­takan bahwa Dia akan menguji manu­sia dengan rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. 

Dalam keadaan seperti itu, orang-orang beriman tetap bergembira dan merasa bersyu­kur, mereka berharap bahwa Allah akan memberi pahala kepada mereka berupa surga sebagai pahala atas sikap mereka yang tetap istiqamah dalam menghadapi ujian tersebut. Mereka mengetahui bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kekuatannya. 

Sikap istiqamah dan tawakal yang mereka jalani dalam mengha­dapi penderitaan tersebut akan membuahkan sifat sabar dan syukur dalam diri mereka. Dengan demikian, ciri-ciri orang yang ber­iman adalah tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal kepada-Nya, dan Allah berjanji akan menambah nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
 Wallaahu ta’ala a’lam wa ahkam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar