Kamis, 05 Februari 2015

"7 Kunci Kebahagiaan Hidup"




Ibnu Abbas ra. seorang sahabat Rasulullah SAW. suatu ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah para Sahabat) mengenai kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas menjawab bahwa ada 7 (tujuh) kunci mendapatkan kebahagiaan dunia, yaitu:
1.  hati yang selalu bersyukur: memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya, sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress; inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas dalam memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan dan diputuskan oleh Allah untuknya, justru membuat ia semakin terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah tersebut. Jika sedang mengalami kesulitan, maka ia akan segera ingat akan sabda Rasulallah SAW.: "Kalau kita sedang sulit maka perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan maka ia bersyukur dengan semakin memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih banyak lagi. Jika ia tetap bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan-kemudahan yang lebih banyak lagi, Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

2. pasangan hidup yang shaleh; mendapatkan pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah tangga yang shaleh juga. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam megajak anak dan istrinya kepada keshalehan. Maka berbahagialah seorang istri bila mempunyai seorang suami yang sholeh, yang pasti akan menjaga istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang shalihah, akan memiliki keikhlasan dan kesabaran luar biasa dalam melayani suaminya,walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah seorang suami yang memiliki seorang istri yang shalihah.

3.  anak yang baik; Suatu hari ketika Rasulallah SAW. sedang thawaf, ia bertemu dengan seorang pemuda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulallah bertanya kepada pemuda itu: "Kenapa pundakmu itu?" Pemuda itu menjawab: "Ya Rasulallah, saya dari Yaman, saya menpunyai seorang ibu yang sudah tua. Saya mencintainya dan saya tidak pernah melepaskannya kecuali ketika ia sedang buang hajat, shalat, atau istirahat. Selain itu saya selalu menggendongnya. Ya Rasulallah, apakah aku termasuk orang yang sudah berbakti kepada orang tua?" Nabi SAW. sambil memeluk anak muda itu berkata: "Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu termasuk anak yang shaleh, anak yang berbakti. Tapi ketahuilah, cinta dan kebaikan orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapatkan gambaran bahwa amal ibadah kita tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana do'a anak yang shaleh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang shalihah.

4. lingkungan yang kondusif untuk iman kita; maksudnya ialah kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita haruslah orang yang memiliki nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya Rasulallah menganjurkan kepada kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang shaleh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan akan mengingatkan kita bila berbuat salah. Orang-orang yang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya di wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh.

5.  harta yang halal; Islam bukanlah menilai harta berdasarkan jumlahnya tetapi lebih berdasarkan pada kehalalannya. Ini tidak berarti Islam melarang umatnya untuk kaya. Dalam sebuah riwayat Imam Muslim dalam bab tentang sadaqah, Rasulallah SAW. pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdo'a sambil mengangkat tangannya, "Kamu berdo'a sudah bagus" kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalmu didapat secara haram, bagaimana do'amu akan dikabulkan ?". Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena do'anya akan mudah dikabulkan Allah SWT. Selain itu harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya akan semakin bersih, suci, dan kokoh, sehingga memberikan ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang dengan teliti selalu menjaga kehalalan hartanya.

6.  semangat untuk memahami agama; semangat memahami agama diwujudkan dengan semangat dalam memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terpacu untuk mempelajari lebih jauh lagi ilmu tentang sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin ia cinta kepada agamanya, semakin tinggi pula cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberikan cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan menghidupkan hatinya. Hati yang "hidup" adalah hati yang selalu dipenuhi oleh nikmat iman dan nitmat Islam. Maka berbahagialah orang-orang yang dengan penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

7.  umur yang barokah; umur yang barokah ini artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Selain itu pikirannya terfokus pada keinginan bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka ia pun sibuk berangan-angan menikmati kenikmatan dunia yang belum sempat ia rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati keinginan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua akan semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah SWT. Inilah semangat hidup orang-orang yang umurnya barokah.

Demikianlah pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai tujuh kunci kebahagiaan hidup di dunia. Lalu bagaimanakah agar kita dikaruniai Allah ke tujuh kunci kebahagiaan dunia tersebut ? Selain berusaha keras untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT. dengan sesering dan se-khusyu' mungkin dengan membaca do'a "sapu jagat", yaitu do'a yang paling sering dibaca oleh Rasulallah SAW. yang mana baris pertama do'a tersebut "Rabbanaa aarina fid dun-yaa hasanah" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah kepadaku kebahagiaan dunia"), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh kunci kebahagiaan dunia sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu abbas ra. yaitu: hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang shaleh, anak yang shaleh, teman-teman atau lingkungan yang shaleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama Islam, dan umur yang barokah.

Walaupun kita sulit untuk memdapatkan ke tujuh kunci kebahagiaan dunia tersebut, setidak-tidaknya kalau kita mendapatkan sebagiannya saja sudah patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan do'a sapu jagat tersebut yaitu: "wa fil aakhiroti hasanaw" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukanlah surga tetapi rahmat Allah SWT, kasih sayang Alah SWT. Surga itu hanya sebagian kecil dari rahmat Allah SWT, kita masuk surga bukan karena amal shaleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal shaleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan shalat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal sholeh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Rasulullah SAW, "Amal shaleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan engkau Ya Rasulallah ?" Jawab Rasulallah SAW. "amal shalehku pun juga tidak cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya: "Kalau begitu dengan apa kita masuk surga ?" Nabi SAW. kembali menjawab: "Kita masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata". (Rasulullah SAW)

Jadi shalat kita, puasa kita, ta'aruf kita sebenarnya bukan untuk mendapatkan surga, tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah SWT. Dengan rahmat Allah SWT. itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar