Senin, 21 Mei 2018

Renungan "Segumpal Daging"

Mari renungkan sejenak…!

Segumpal daging itu hati

Sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati, yang hakikatnya adalah iman. Hati (iman) yang baik/lurus akan membuat baik seluruhnya namun apabila hati (iman) rusak/sakit/sesat maka akan rusak seluruhnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

” أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati (iman) kita bagai tumbuhan yang perlu dipupuki, disiram dan dirawat.

Tampilan fisik hati (iman) yang baik adalah akhlaq yang baik, pergaulan yang baik, menyenangkan dan dicintai karena itulah dikatakan,

العمل الظاهر لازم للعمل الباطن لا ينفك عنه وانتفاء الظاهر دليل انتفاء الباطن

“Amalan Zhahir adalah yang Lazim (menunujukkan) amalan bathin, tidak terpisah antara keduanya dan tidak adanya amalan zhahir menunjukan tidak adanya amalan batin.”

Tatkala iman sedang baik seakan-akan tak ada yang lebih penting dari amal shalih namun saat kita tidak istiqamah memupukinya, iman semakin lemah/menurun, sehingga amal shalih sangat berat untuk dilakukan.

ADA APA DENGAN IMAN KITA?
BAGAIMANA CARA MEMBANGKITKAN KEMBALI IMAN KITA?

Mari bergegaslah menuju ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala  melalui segala sesuatu yang membuat-Nya ridha kepada kita. Cukupkan sudah sampai disini, kembalilah… Semangatkan kembali dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  …

Salah satu cara yang terbukti ampuh dalam memupuk kembali iman yang mulai layu adalah BERKUMPUL DENGAN ORANG-ORANG SHALIH, berkumpul dengan orang2 yang dekat dengan Allah Ta’ala. Pengaruh teman (suasana) yang baik sangat besar, banyak orang rusak karena temannya (suasana) dan banyak pula yang bertambah baik karena sahabat karibnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda,

” مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.“

“Permisalan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah ibarat penjual minyak kasturi dan pandai besi. Si penjual minyak kasturi bisa jadi akan memberimu minyaknya tersebut atau engkau bisa membeli darinya, dan kalaupun tidak, maka minimal engkau akan tetap mendapatkan aroma harum darinya. Sedangkan si pandai besi, maka bisa jadi (percikan apinya) akan membakar pakaianmu, kalaupun tidak maka engkau akan tetap mendapatkan bau (asap) yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5534, Muslim no. 2628).

Dalam riwayat yang lain,

” الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.“

“(Agama) seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 927)

Malik bin Dinar rahimahullah berkata:

وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ مُسْلِماً — وَصَاحِبْ شَـرَّارَ النَّاسِ يَوْماً فَتَنْدَمَا

“Bergaul-lah dengan orang-orang yang baik, niscaya engkau akan menjadi seorang yang selamat. (Namun) cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka niscaya engkau akan menyesal (selamanya).”

‘Adi bin Zaid rahimahullah berkata :

عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَل وَاسْأَلْ عَنْ قَرِيْنِه — فَـكُلُّ قَــرِيْنٍ بِالْمُقَـارِنِ يَقْتَــدِيْ
إِذَا كُنْتَ فِيْ قَوْمٍ فَصَـاحِبْ خِيَارَهُمْ — وَلَا تَصْحَب الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِيْ

“Tidak perlu engkau tanyakan (tentang) siapa seseorang itu, namun tanyakanlah siapa teman dekatnya.
Karena setiap orang itu meniru (tabiat) teman dekatnya, Jika engkau ada di suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang yang baik di antara mereka dan
janganlah berteman dengan orang-orang yang hina (di antara mereka),
niscaya engkau menjadi hina bersamanya.”

Ayo… tegaskan diri kita untuk bergegas meninggalkan maksiat, bertaubatlah secepatnya. Sesungguhnya pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala amatlah luas.

HIDAYAH ALLAH SELALU MENGHAMPIRI NAMUN AKANKAH KITA MENERIMANYA?

Jangan katakan hidayah belum datang, jangan…

Karena rahmat Allah Azza wa Jalla amat luas. Allah Ta’ala tidak mungkin mencelakakan hamba-Nya.

Sesungguhnya kita-lah yang lalai, kitalah yang menolak dan kita pula-lah yang berbuat salah. Jangan salahkan takdir untuk pembenaran atas kesalahan-kesalahan kita…

﴿ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ ﴾

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS: Fushshilat Ayat: 46)

﴿ مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا ﴾

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS, An-Nisaa: 79)

Kerusakan itu karena kita…

Kesombongan dan keangkuhan kita yang merusak semua.

Apa jadinya jika Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak Maha Memaafkan?

Apa jadinya jika kita terus dilalaikan oleh Allah?

Sungguh hari akhir sangatlah berat dan besar. Bagaimana nasib saudara2 kita -atau bahkan kita- yang tidak meyakini adanya akhirat?

Adakah penolong lain selain Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Renungkan bagaimana keadaan kita nanti di akhirat. Akan kah bekal kita cukup untuk menempuh beratnya hari hisab nanti?

Cukupkan sudah semua, jangan terlena dengan kesenangan dunia yang menipu ini. Siapkan bekal dari sekarang…

Tidak ada kata terlambat,

dosa sebesar apapun, seberat apapun…

Pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan ampuni. Pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala  amat luas. Allah Ta’ala berfirman,

﴿ قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴾

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya (yakni dengan taubat). Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Dalam sabdanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  mengatakan:

” إِنَّ اللهَ تَعَالى يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مَسِيءُ النَّهَارِ وَ يَبْسُطُ يَدَهُ .بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.“

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kejelekan pada siang hari, dan Allah membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kejelekan pada malam hari, sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim no. 2759)

Jangan sampai kita mati dalam keadaan tidak beriman. Sang Khaliq Subhanahu wa Ta’ala  telah melarangnya,

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Sungguh sangat berat perjalanan yang akan kita hadapi nanti. Perjalanan yang dimulai setelah kematian menjemput… Perjalanan yang amat panjang, amat berat, tiada teman yang menemani kecuali hanya kain kafan yang menyelimuti tubuh yang tak bernyawa… Kegelapan, jeritan, tangisan serta penyesalan bagi orang-orang yang tidak menggunakan kesempatan hidupnya di dunia untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla…

Lihatlah mereka, orang-orang jahil, mereka sering mengatakan “rest in peace”/istirahat dengan damai kepada orang yang lebih dulu menghadap rahmatullah.

Sejak kapan orang beristirahat dalam kuburnya?

Islam tidak pernah mengajarkan itu, perjalanan itu justru baru dimulai ketika tanah telah menutupi tubuh kita. Azab kubur, hari kebangkitan, hari hisab semua amat melelahkan bagi orang-orang yang memiliki hati (iman) yang sakit/rusak/sesat.

Bekal terbaik setelah kematian adalah iman dan amal shalih. Iman dan amal shalih adalah hasil dari penjagaan, pemupukkan, pemeliharaan juga usaha dalam meningkatkan iman -yang merupakan segumpal daging yang terdapat pada setiap manusia-. Baik ianya, maka baik pula iman serta amalnya dan akan baik pula akhiratnya yang merupakan terminal akhir setiap manusia..

Do’akan kami juga kaum muslimin untuk tetap istiqamah serta dimudahkan dalam menjaga segumpal daging ini… Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memotivasi kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  Amiin…

Wallahu a’lam bish-shawab….

——————————————————————————————————————-

Penulis : Ust. Abu Abdirrahman Al-Hajjamy, MA.
(Serpong, 25 Rajab 1435 H. / 25 Mei 2014)

sumber : https://alaminiyah.wordpress.com/

Minggu, 20 Mei 2018

"MERAIH RIDHA ALLAH SWT"

KUNCI MERAIH RIDHA ALLAH SWT

Pada hakekatnya fikiran, sikap, prilaku, ucapan, perbuatan dan tindakan setiap manusia, adalah dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh pandangan hidup yang diyakininya. Kaum materialis (pengikut filsafat materialisme) misalnya, yang beranggapan bahwa materi --yang merupakan unsur pokok dan hekekat segala sesuatu yang ada-- adalah bersifat abadi (eternal) dan tidak diciptakan oleh siapapun, mereka tidak percaya adanya Tuhan dan kehidupan akherat. Oleh karena itu mereka merasa bebas melakukan apa saja yang mereka kehendaki, tanpa terikat oleh norma-norma agama.
Karena mereka beranggapan bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang final, sesudah mati manusia tidak akan dibangkitkan lagi dari kuburnya untuk dimintai pertanggung jawaban serta menerima balasan dari amal perbuatannya.
Demikian juga kaum idealis (pengikut filsafat idealisme) yang beranggapan bahwa wujud alam semesta ini adalah wujud yang semu, palsu dan hanya bayangan saja. Meskipun mereka meyakini bahwa materi sebagai gejala luar adalah diciptakan oleh apa saja yang disebut “Idea Individual”, atau “Idea Universal”, atau “Idea Absolut”, atau “Universal Will”, atau “Tuhan”, akan tetapi berhubung apa yang mereka aknggap Tuhan--serta berbagai istilah di atas-- bukanlah Tuhan (Allah swt.) menurut konsepsi Al-Qur'an, maka pada hakekatnya mereka juga tidak beriman (percaya) akan adanya Allah swt. serta kehidupan akherat.

Sebagai orang mukmin, kita wajib beriman bahwa alam semesta ini ada dan nyata, bukan hanya bayangan saja. Ia diciptakan oleh Allah swt., akan tetapi tidak bersifat kekal dan abadi. Pada hari kiamat alam ini akan hancur yang menandai berakhirnya kehidupan dunia. Sesudah itu umat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk dimintai pertanggun jawaban dan menerima balasan dari amal perbuatannya, yang sekaligus dimulainya kehidupan akherat yang bersifat kekal dan abadi. Pada hakekatnya kehidupan akherat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia. Dalam arti, jika seseorang ketika hidup di dunia telah menanam kebaikan dengan beriman dan beramal saleh, maka ia akan menikmati hasilnya di akherat.

Dengan mempercayai adanya Allah sebagai Dzat Yang Menciptakan alam semesta serta meyakini adanya kehidupan akherat, maka orang mukmin akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjada fikiran, sikap, perilaku, ucapan, perbuatan dan tindakannya agar sesuai dengan ajaran Allah. Karena tujuan hidupnya bukan untuk memenuhi keinginan hawa nafsu, akan tetapi untuk memperoleh ridha Allah swt. serta kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

PENGERTIAN RIDHA ALLAH
Secara bahasa, ridha berarti memilih atau menerima sesuatu dengan senang hati, seperti dalam al-Qur'an:
ورضيت لكم الإسلام دينا
"...dan telah Ku-ridhai (Ku-pilih) Islam sebagai agamamu" (al-Maidah: 3)

Juga dalam doa yang sering kita panjatkan:
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا
"Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabiku"

Sedang yang dimaksud dengan ridha Allah swt. ialah; Kerelaan, kesenangan dan kepuasan Allah swt. karena melihat para hamba-Nya menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sehingga ia membalas para hamba tersebut dengan balasan yang berlipat ganda serta memberikan anugrah kepada mereka kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Lawan ridha Allah adalah murka (sukht) Allah, sebagaimana doa yang setiap hari kita panjatkan selama bulan Ramadhan:
نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار
"Kami memohon kepada-Mu (agar dianugerahi) ridha-Mu dan surga, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka".

Sebenranya, tujuan utama mencari keridhaan Allah bukanlah untuk memuaskan Allah, karena pada hakikatnya Allah tidak memerlukan hal itu. Akan tetapi justru manusia-lah yang memerlukan keridhaan Allah. Selain itu, bila seseorang mengerjakan sesuatu dengan dilandasi oleh niat untuk mencari ridha Allah, ia akan mengerjakan hal itu dengan senang hati dan sebaik mungkin, sehingga ia akan meraih hasil yang optimal. Bila dipraktikkan dalam dunia kerja dan usaha, maka pola hidup semacam ini (mendasarkan segala sesuatu untuk meraih ridha Allah), akan menambah produktivitas dan profesionalitas kerja, sehingga akan membawa pada kesuksesan dan keberhasilan. Dalam Al-Qur'an Allah memberikan perumpamaan yang indah tentang orang berinfak hanya untuk meraih ridha-Nya, dengan berfirman:
مثل الذين ينفقون أموالهم ابتغاء مرضاة الله وتثبيتا من أنفسهم كمثل جنة بربوة أصابها وابل فآتت أكلها ضعفين فإن لم يصبها وابل قطل والله بما تعملون بصير
"Dan perumpamaan orang-rang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu perbuat." (QS. al-Baqarah : 265)

Sikap hidup mencari ridha Allah ini harus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seriap orang beriman. Ia harus melatih diri untuk selalu melandasi segala aktivitas dan perbuatannya untuk meraih ridha-Nya. Ia harus sabar dan istiqamah dalam mengembangkan sikap hidup semacam ini, agar dapat meraih ridha dan cinta Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah telah menjanjikan:
والذين صبروا ابتغاء وجه ربهم وأقاموا الصلاة وأنفقوا مما رزقناهم سرا وعلانية ويدرءون بالحسنة السيئة أولئك لهم عقبى الدار
"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka baik secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (QS. Ar-Ra'd: 22)

KUNCI MERAIH RIDHA ALLAH SWT
Agama Islam melalui firman Allah swt. dalam kitab suci Al-Qur'an dan hadits Rasul-Nya, telah memberikan petunjuk kepada para pemeluknya tentang bagaimana syarat untuk memperoleh ridha Allah swt, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Beriman kepada Allah swt.
Syarat mutlak bagi orang yang ingin memperoleh ridha Allah swt. ialah beriman akan adanya Allah Dzat Yang Mencipta dan Mengatur alam semesta, beriman kepada para rasul, malaikat, kitab-kitab, hari kiamat dan qadla’ serta qadar Allah swt. iman yang berarti kepercayaan dan keyakinan terhadap keenam rukun iman di atas, harus dijaga, dipertahankan dan bahkan ditingkatkan kualitasnya hingga saat kematian. Jangan sampai tergoyahkan atau terkotori oleh hal-hal yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kemurtadan (konversi agama). Firman Allah dalam surat al-Kahfi ayat 110:
فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه احدا
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang (sesuatu apa) pun dalam beribadat kepada-Nya"

Sebab kalau iman tersebut goyah atau terkotori oleh hal-hal yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kemurtadan, sehingga saat mati dalam keadaan ragu dan murtad, maka ia mati dalam keadaan kafir. Oleh karena itu Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang mukmin agar mempertahankan keimanannya dan tetap beragama Islam hingga datang kematiannya. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 102 sebagai berikut:
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu sekalian mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

2. Beramal saleh.
Sebagai konsekuensi logis dari keimanan kita kepada Allah swt. serta keyakinan kita akan adanya kehidupan akherat, maka kita wajib beramal saleh, baik kepada Allah swt. dengan beribadah kepada-Nya, kepada sesama umat manusia dengan berbuat baik kepada mereka, maupun kepada makhluk yang lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dan kekayaan alam yang lain dengan memanfaatkan sebaik-baiknya serta tidak mengeksploitasi secara berlebih-lebihan. Jika seorang mukmin hanya beribadah kepada allahs wt sementara tidak berbuat baik kepada sesama umat manusia, maka ia termasuk orang mukmin yang kurang baik. Begitu pula jika ia hanya berbuat baik kepada sesama manusia akan tetapi tidak melakukan shalat, puasa dan kewajiban agama lainnya maka ia juga termasuk orang mukmin yang kurang baik. Oleh karena itu kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk beramal saleh dengan beribadah kepada Allah swt. serta berbuat baik kepada sesama umat manusia dan makhluk Allah yang lain, sehingga kita memperoleh ridha Allah swt. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Bayyinah ayat 7-8 sebagai berikut:
إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية جزاءهم عند ربهم جنت عدن تجرى من تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا رضي الله عنهم ورضوا عنه ذلك لمن خشي ربه
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan ialah surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang takut (takwa) kepada Tuhan”.

3. Membimbing nafsu ke arah yang positif.
Agar seseorang memperoleh ridha Allah swt., maka ia harus mampu membimbing nafsunya ke arah yang popsitif. Misalnya nafsu makan, dijadikan dorongan untuk bekerja keras mencari rizki yang halal, nafsu ingin marah dijadikan dorongan untuk membangkitkan semangat untuk berjuang membela kebenaran, nafsu sex dijadikan pendorong untuk melangsungkan pernikahan yang bernilai ibadah dan sebagainya. Apabila seseorang mampu mengarahkan nafsunya ke arah yang positif hingga mencapai nafsu muth’mainnah, maka ia akan meraih ridha Allah swt. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Fajr ayat 27-30 sebagai berikut:
يا أيتها النفس المطمئنة ارجعي إلى ربك راضية مرضية فادخلي فى عبادي وادخلي جنتي

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

4. Selalu mensyukuri nikmat Allah swt.
Sebagai orang mukmin yang telah banyak memperoleh nikmat Allah, baik berupa nikmat iman dan Islam, nikmat sehat jasmani dan rohani, nikmat kemerdekaan, ketenangan dan ketentraman, maupupn nikmat rizki yang cukup dan sebagainya, maka kita wajib selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan memuji-Nya, memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan perintah-Nya serta meningkatkan takwa kepada-Nya. Apabila kita selalu mensyukuri nikmat-Nya, maka Ia akan ridha dan menambah nikmat tersebut kepada kita. Seballiknya jika kita mengkufuri nikmat-Nya, maka Ia akan murka dan menurunkan adzab kepada kita, baik di dunia maupun di akherat. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat az-Zumar ayat 7 sebagai berikut:
إن تكفرون فإن الله غني عنكم ولا يرضى لعباده الكفر وإن تشكروا يرضه لكم

“Jika kamu sekalian kufur, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)-mu dan Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-Nya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia ridha atas syukurmu”.

Demikian juga firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 7 sebagai berikut:
وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzabku sangat pedih”.

5. Berbuat baik kepada orang tua.
Agar memperoleh ridha Allah swt., maka seseorang harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya, dengan mengabdi dan membahagiakan mereka, terutama ibu yang telah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan dan menyusui selama dua tahun. Hal ini disebabkan, karena ridha Allah tergantung akan ridha orang tua. Oleh karena itu selama orang tua tidak menyuruh berbuat syirik (musyrik) dan durhaka kepada Allah swt., maka seseorang wajib taat dan patuh serta menghormati kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak beragama Islam. Karena ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan sahabat Abdullah ibn ‘Amr ibn al-’Ash sebagai berikut:
رضا الله فى رضا الوالدين وسخطه فى سخطهما
“Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua, sedangkan murka Allah tergantung pada murka mereka berdua”.

6. Sabar dan ridha terhadap ketetapan Allah.
Ridha (ikhlas) menerima semua ketetapan Allah merupakan syarat mutlak mendapatkan ridha Allah. Seseorang yang mampu melembagakan sikap suka rela atas perintah dan ketetapan Allah akan disambut oleh ridha Allah pula. Seseorang yang melaksanakan perintah-perintah Allah secara terpaksa tidak akan memperoleh ridha Allah:
لا إكراه فى الدين قد تبين الرشد من الغي
"Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama. Telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah..."  (QS. al-Baqara: 256)

Termasuk dalam hal ini adalah ridha terhadap qadha dan qadar Allah, serta cobaan yang diberikan oleh Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah bahkan mempersilahkan 'mencari tuhan lain' kepada mereka yang tidak menerima ketetapan Allah dengan suka rela:
من لم يرض بقضائي ولم يصبر على بلائي ولم يشكر على نعمائي فليتخذ إلها سوائي
"Orang yang tidak rela atas ketetapan-Ku, tidak sabar atas cobaan-Ku, dan tidak syukur atas nikmat-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku"

Mudah-mudahan kita semua memperoleh pertolongan Allah hingga mampu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya, yang pada akhirnya kita akan memperoleh ridha-Nya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
1. al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, tt
2. Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, tt
3. Al-Jurjani, Kitab al-Ta'rifat, 1969
4. Kamil Thaha al-Dabuni, Tahdzib al-Fardi fi al-Islam, 1978
5. Muhammad Salim Mukhsin, Adab al-Dunya wa al-Din, tt
6. Prof. H. M. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Islam, 2001
7. Hamka, Tasawuf Modern, 1988
8. Dr. Mir Valiuddin, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, 2000
9. Dr. H. M. Hamdan Rasyid, Sufi Berdasi, 2006

"MANUSIA TERBAIK"

MENJADI SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA

Rasulullah SAW bersabda, @ "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain, berakhlak mulia, mempelajari Al Quran dan mengajarkannya, serta orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya." @ "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, memuliakan tetangga dan memuliakan tamunya." @ "Katakanlah yang Hak (benar) Walau Kadang Menyakitkan"

Kehalusan, Kelembutan, dan Kesabaran Rasulullah

Nabi Muhammad, sosok manusia yang penuh kelembutan. Beliau sering diludahi, dikatakan gila, dilempari kotoran hewan, dan lain sebagainya. Pernah ada seorang laki-laki yang apabila Nabi lewat depan rumahnya, ia selalu meludahi Nabi. Terus begitu setiap hari. Suatu hari, Nabi lewat depan rumahnya seperti biasa. Namun beliau heran, karena beliau tidak mendapati laki-laki tersebut meludahinya. Maka bertanyalah beliau kepada tetangga laki-laki tersebut. Rupanya laki-laki itu sedang sakit. Apakah nabi Muhammad merasa senang? Nabi Muhammad justeru bertamu ke rumah laki-laki itu untuk menjenguk dan menghibur laki-laki itu. Maka kagumlah laki-laki itu akan akhlaq beliau. Nabi Muhammad bukanlah sosok yang mudah marah jika dihina. Beliau hanya marah jika seseorang menghina Allah.

Muhammad Ar-Rasul di Tha’if
Sepeninggal Abu Thalib, gangguan kafir Quraisy terhadap Rasulullah saaw semakin bertambah ganas. Ketika beliau merasakan gangguan kaum musyrikin Quraisy bertambah hebat dan tetap menolak serta menjauhi agama Islam, beliau berpikir untuk meninggalkan Makkah dan pergi ke Tha’if. Beliau berharap akan memperoleh dukungan penduduk setempat dan akan menyambut baik ajakan beliau untuk memeluk agama Islam. Dengan harapan itu, Muhammad saaw sang Rasul bersama Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau saaw, pergi ke Tha’if.

Banyak tokoh Quraisy membangun tempat peristirahatan di sana. Kabilah terbesar di Tha’if adalah Bani Tsaqif, kabilah yang berkuasa serta mempunyai kekuatan fisik dan ekonomi yang cukup memadai. Mengetahui akan hal ini, Rasulullah saaw menemui pemimpin Bani Tsaqif yang terdiri dari tiga bersaudara.

Rasulullah saaw menyampaikan maksud kedatangan beliau dan mengajak mereka untuk memeluk Islam dan tidak menyembah selain Allah SWT. Namun jawaban dari mereka sungguh di luar harapan Nabi Muhammad saw.

Salah satu dari mereka berkata,“Apakah Allah tidak dapat memperoleh seseorang untuk diutus selain engkau?”
Yang lainnya berkata, “Kami hidup turun-temurun di sini. Tiada kesusahan atau pun penderitaan. Hidup kami makmur, serba berkecukupan, dan kami merasa senang dan bahagia. Oleh sebab itu, kami tak perlu agamamu. Juga tidak perlu dengan segala ajaranmu. Kami pun punya Tuhan yang bernama Al-Latta, yang memiliki kekuatan melebihi berhala Hubal di Ka’bah. Buktiny dia telah memberikan kesenangan di sini dengan segala kemewahan dan kekayaan yang kami miliki.”
Yang lainnya lagi berkata, “Jauh berbeda dengan ajaran yang kalian tawarkan. Penuh siksaan dan daerah yang selalu penuh dengan derita. Jels kami menolak ajaran kalian. Bila tidak, akan menimbulkan malapetaka bagi penduduk kami di sini.”

Mendengar jawaban mereka, berkata Muhammad Rasulullah saw,
“Bila memang demikian, kami pun tidak memaksa. Maaf kalau telah mengganggu kalian. Kami mohon diri.”
Berkata mereka, “Pergilah kalian cepat-cepat dari sini! Sebelum kau sebarkan bencana besar bagi penduduk di sini. Oh ya, kedatangan kalian ke sini tak bisa kami diamkan begitu saja. Mau tak mau kami harus melaporkan hal ini kepada pemimpin Bani Quraisy di Makkah sebagai mitra kami. Kami tidak ingin berkhianat kepada mereka.”

Maka Rasulullah saw dan Zaid bin Haritsah keluar dari rumah para pemimpin Bani Tsaqif itu. Akan tetapi, para pemimpin Bani Tsaqif tidak membiarkan mereka berdua pergi begitu saja. Di luar rumah para pemimpin Bani Tsaqif, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah dihadang oleh sekelompok penduduk kota Tha’if yang tampaknya tidak ramah. Bahkan di antara kelompok itu ada beberapa anak kecil. Dengan satu aba-aba dari seseorang, sekelompok penduduk itu pun melempari Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah dengan batu. Zaid bin Haritsah berusaha melindungi Rasulullah saaw sambil pergi dari tempat itu. Mereka berdua terluka akibat lemparan-lemparan itu.

Setelah agak jauh dari kota Tha’if, Rasulullah berteduh dekat sebuah pohon sambil membersihkan luka-luka mereka.

Sesudah agak tenang, Rasulullah mengangkat kepala menengadah ke atas, ia hanyut dalam suatu doa yang berisi pengaduan yang sangat mengharukan:
“Allahumma ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Mahapengasih Mahapenyayang. Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku. Kepada siapa hendak Kauserahkan daku? Kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, sebab sungguh luas kenikmatan yang Kaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat. Janganlah Engkau timpakan kemurkaanMu kepadaku. Engkaulah yang berhak menegur hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya upaya kecuali dengan Engkau.”

Allah mengutus Jibril untuk menghampiri beliau saw. Jibril berkata,
“Allah mengetahui apa yang telah terjadi di antara kamu dan penduduk kota Tha’if. Dia telah menyediakan malaikat di gunung-gunung di sini untuk menjalankan perintahmu. Jika engkau mau, maka malaikat-malaikat itu akan menabrakkan gunung-gunung itu hingga penduduk kota itu akan binasa. Atau engkau sebutkan saja suatu hukuman bagi penduduk kota itu.”

Rasulullah saw terkejut dengan hal ini, lalu bersabda, 
“Walau pun orang-orang ini tidak menerima ajaran Islam, aku harap dengan kehendak Allah, anak-anak mereka pada suatu masa nanti akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya.”

Demikianlah kelembutan hati Rasulullah saaw. Dia manusia, tapi tak seperti manusia. Begitu mulya pengorbanan beliau. Walaupun halangan menimpa, namun hatinya tetap tabah dan penuh kelembutan dan kasih-sayang. Maka betapa kejinya orang-orang yang menghina manusia mulya ini. Betapa jahatnya orang-orang yang menyakiti beliau. Akan tetapi manusia di zaman ini begitu mudah menyakiti perasaan beliau dengan meninggalkan ajaran beliau saaw. Tidak tahukah mereka, bahwa setiap hari amal-amal mereka dihadapkan kepada Rasulullah? Jika amal itu baik, maka beliau pun bergembira dan bersyukur. Jika amal itu buruk, maka beliau dengan kelembutannya memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang itu. Adakah pemimpin yang selalu memikirkan ummatnya dari sejak di dunia hingga di kehidupan berikutnya selain beliau saw?

Tak jauh dari tempat istirahat Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah, terdapat sebuah kebun milik 'Utbah bin Rabi’ah. Kebetulan dua orang anak 'Utbah berada di situ. Melihat keadaan Rasulullah saaw dan Zaid, mereka menyuruh budak mereka, 'Addas, yang beragama Nashrani untuk membawakan buah anggur dari kebun itu.

Pelayan itu segera menghampiri Rasulullah saw dan berkata,
“Makanlah anggur ini wahai tuan-tuan. Semoga dapat melepaskan dahaga kalian.” Kemudian Rasulullah saw mengambil anggur itu sambil mengucapkan, “Bismillah.”

Addas, demi mendengar ucapan Rasulullah saw, merasa kagum dan berkata, “Sungguh, kata-kata itu tidak pernah diucapkan penduduk daerah ini.”

Rasulullah saw bertanya, “Dari negara mana engkau dan apa agamamu?” Addas menjawab, “Aku seorang penganut Nashrani, aku berasal dari Niniwe.”

Rasulullah saw berkata, “Oh, dusun tempat seorang hamba Allah yang shalih, Yunus bin Matta.”

Addas bertanya penuh kekaguman, “Dari manakah Anda mengenal Yunus bin Matta?” Rasulullah saw menjawab, “Dia saudaraku. Dia seorang nabi, dan aku pun seorang nabi.”

Dengan perasaan gembira bercampur haru, Addas memeluk Rasulullah dan menciumi kening, tangan dan kaki Rasulullah saw. Setelah merasa cukup beristirahat, Rasulullah saaw dan Zaid bin Haritsah beranjak pulang ke Makkah.

Yunus bin Matta adalah seorang Nabi dari Niniwe, terkadang disebut juga sebagai Dzun Nun. Penduduk Niniwe begitu ingkar dan menolak ajaran yang dibawa beliau as. Lalu beliau pergi dari negeri itu dengan menggunakan perahu. Akan tetapi di tengah laut beliau terpaksa di buang ke laut dan kemudian di makan ikan. Beliau tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. Kemudian beliau dimuntahkan ikan itu ke tepi pantai dekat Niniwe. Penduduk Niniwe menyambut kedatangan beliau yang ternyata penduduk Niniwe telah bertobat dan menerima ajaran yang beliau bawa. Kisah ini dapat dilihat dalam Al-Qur`an surat Al-Anbiya` ayat 87-88 dan Ash-Shaffat ayat 139-148

Sumber : http://alkisah.web.id/2010/03/kelembutan-sang-rasul.html

Kehalusan, Kelembutan, dan Kesabaran Rasulullah

Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.” (HR. Ahmad).

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan:
“Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!” Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permin-taannya.” (Muttafaq ‘alaih).

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata:
“Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon ‘Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta.” (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Merupakan bentuk tarbiyah dan ta’lim yang paling jitu dan indah adalah berlaku lemah lembut dalam segala perkara, dalam mengenal maslahat dan menolak mafsadat.

Kecemburuan yang dimiliki para sahabat telah mendorong mereka untuk menyanggah setiap melihat orang yang keliru dan tergelincir dalam kesalahan. Mereka memang berhak melakukan hal itu! Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lembut dan penyantun melarang mereka melakukan seperti itu, karena orang itu (pelaku kesalahan itu) jahil atau karena mudharat yang timbul dibalik itu lebih besar. Tentu saja, perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama untuk diteladani.

Abu Hurairah menceritakan:
“Suatu ketika, seorang Arab Badui buang air kecil di dalam masjid (tepatnya di sudut masjid). Orang-orang lantas berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan: “Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember atau segayung air. Sesungguhya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia untuk memberi kemu-dahan bukan untuk membuat kesukaran.” (HR. Al-Bukhari).

Kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah layak menjadi motivasi bagi kita untuk meneladaninya. Kita wajib berjalan di atas manhaj (metode) beliau di dalam berdakwah semata-mata karena Allah tanpa membela kepentingan pribadi.

‘Aisyahradhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Apakah ada hari yang engkau rasakan lebih berat daripada hari peperangan Uhud?” Beliau menjawab: “Aku telah mengalami berbagai peristiwa dari kaummu, yang paling berat kurasakan adalah pada hari ‘Aqabah, ketika aku menawarkan dakwah ini kepada Abdu Yalail bin Abdi Kalaal namun dia tidak merespon keinginanku. Akupun kembali dengan wajah kecewa. Aku terus berjalan dan baru tersadar ketika telah sampai di Qornuts Tsa’alib (sebuah gunung di kota Makkah). Aku tengadahkan wajahku, kulihat segumpal awan tengah memayungiku. Aku perhatikan dengan saksama, ternyata Malaikat Jibril ada di sana. Lalu ia menyeruku: “Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaum-mu dan bantahan mereka terhadapmu. Dan aku telah mengutus malaikat pengawal gunung kepadamu supaya kamu perintahkan ia sesuai kehendakmu. Kemudian malaikat pengawal gunung itu memberi salam kepadaku lalu berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu, dan aku adalah malaikat pengawal gunung, Allah telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki jika kamu menghendaki agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!” Beliau menjawab: “Tidak, justru aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.” (Muttafaq ‘alaih).

Pada hari ini, sering kita lihat sebagian orang yang bersikap terburu-buru dalam berdakwah. Berharap dapat segera memetik hasil. Hanya membela kepentingan pribadi yang justru hal itu merusak dakwah dan mengotori keikhlasan. Oleh sebab itu, berapa banyak kelompok-kelompok dakwah yang gagal karena individu-individunya tidak memiliki kesabaran dan ketabahan!

Setelah bersabar dan berjuang selama bertahun-tahun, barulah terwujud apa yang dicita-citakan Rasulullah.

Dalam sebuah syair disebutkan:
Bagaimanakah mungkin dapat diimbangi seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi. Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajat-nya. Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya. Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya.

Abdullah bin Mas’ud mengungkapkan:
“Sampai sekarang masih terlintas dalam ingatanku saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang dipukul kaumnya hingga berdarah. Nabi tersebut mengusap darah pada wajahnya seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku! karena mereka kaum yang jahil.” (Muttafaq ‘alaih).

Pada suatu hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah melayat satu jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su’nah menemui beliau untuk menuntut utangnya. Yahudi itu menarik ujung gamis dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: “Ya Muhammad, lunaskanlah utangmu padaku!” dengan nada yang kasar. Melihat hal itu Umar pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: “Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapanku!” Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan karena menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!”

Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperhatikan reaksi Umar dengan tenang. Beliau berkata: “Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasihat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan utangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut utangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahlah dengan dua puluh sha’ kurma.”

Melihat Umar menambah dua puluh sha’ kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: “Ya Umar, tambahan apakah ini?
Umar menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!”
Si Yahudi itu berkata: “Ya Umar, apakah engkau mengenalku?”
“Tidak, lalu siapakah Anda?” Umar balas bertanya.
“Aku adalah Zaid bin Su’nah.” jawabnya.
“Apakah Zaid si pendeta itu?” tanya Umar lagi.
“Benar!” sahutnya.
Umar lantas berkata: “Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Zaid menjawab: “Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, yaitu: apakah kesabarannya dapat memupus tindakan jahil, dan apakah tindakan jahil yang ditujukan kepadanya justru semakin menambah kemurahan hatinya. Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahwa aku rela Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahwa aku telah menyedekahkan sebagian hartaku untuk umat Muhammad.”
Umar berkata: “Ataukah untuk sebagian umat Muhammad saja sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibagikan kepada seluruh umat Muhammad.”
Zaid berkata: “Ya, untuk sebagian umat Muhammad.
Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyatakan kalimat syahadat “Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu”. Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan men-shahihkannya).

Cobalah perhatikan dialog yang panjang tersebut, sebuah pendirian dan kesudahan yang mengesankan. Semoga kita dapat meneladani junjungan kita nabi besar Muhammad. Meneladani kesabaran beliau dalam menghadapi beraneka ragam manusia. Dan dalam mendakwahi mereka dengan lemah lembut dan santun. Memberikan motivasi bila mereka berlaku baik, serta menumbuhkan rasa optimisme di dalam diri mereka.

‘Aisyahradhiyallahu ‘anha menceritakan:
“Suatu kali aku pergi melaksanakan umrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari kota Madinah. Ketika tiba di kota Makkah, aku berkata:“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, engkau mengqasar shalat namun aku menyempurnakannya, engkau tidak berpuasa justru aku yang berpuasa.” Beliau menjawab: “Bagus, wahai ‘Aisyah!” Beliau sama sekali tidak mencela diriku.” (HR. An-Nasaai).

Sumber : http://alkisah.web.id/2010/07/kehalusan-kelembutan-dan-kesabaran-rasulullah.html

Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... aamiin

'RAJIN SEDEKAH

JANJI ALLAH UNTUK ORANG BERSEDEKAH
Penghapus Dosa, Balasannya  Surga, Bebas dari Siksa Kubur...

Janji Allah kepada orang yang rajin bersedekah, akan dibalas oleh Allah baik itu di dunia atau nanti di akhirat.
 Al Quran dan Hadist Rasulullah SAW menjelaskan  keutamaan sedekah yang Allah janjikan:
1. Sedekah menghapus dosa Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api” (HR Tirmidzi)
Sedekah yang menghapus dosa adalah sedekah yang disertai dengan taubat nasuha (bersungguh-sungguh) dan disertai atas penyesalan akan dosa yang telah diperbuat.

2. Pintu surga khusus bagi orang yang gemar sedekah Sebuah hadist menyatakan “ Orang yang menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan.” Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan sholat, ia dipanggil dari pintu sholat. Yang berasal dari kalangan Mujahid , maka akan dipanggil dari pintu jihad. Jika ia berasal dari golongan orang yang gemar bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Terbebas dari siksa kubur Rasulullah SAW bersabda ”Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR Ath Thabrani) Begitu banyak janji Allah bagi orang bersedekah, maka mari kita lakukan amalan sedekah baik di saat lapang maupun sempit agar apa yang telah Allah janjikan dapat kita raih untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Semoga kita isenantiasa istiqomah, bersedekah ikhlas dan memberikan sedekah yang terbaik. Aamiin yaa Rabb'alamiin...

"SIAPKAN BEKAL TERBAIK"

Siapkan BEKAL Terbaik
Menanam Ladang Pahala

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

1. Jika Kita Memelihara Kebencian/Dendam, maka
seluruh 'Waktu & Pikiran' yg kita miliki akan habis begitu saja & kita akan sulit menjadi 'Orang Yang Produktif'.

2. Kekurangan Orang Lain adalah Ladang Pahala' bagi kita untuk :
» Memaafkannya,
» Mendoakannya,
» Memperbaikinya, dan
» Menjaga Aib-nya.

3. Bukan Gelar, Jabatan dan kekayaan yg menjadikan 'Orang Menjadi Mulia', Jika kualitas pribadi kita buruk, semua itu hanyalah 'Topeng Tanpa Wajah'.

4. Ciri Seseorang (Pemimpin ) itu " Baik' akan Tampak dari :
» Kematangan Pribadi,
» Buah Karya,
» serta Integrasi antara 'Kata & Perbuatan'-nya.

5. Jika Kita Belum bisa membagikan Harta atau membagikan Kekayaan, maka Bagikanlah 'Contoh Kebaikan' karena Hal itu akan 'Menjadi Tauladan'.

6. Jangan Pernah Menyuruh Orang lain utk Berbuat Baik, Sebelum Menyuruh Diri Sendiri',
Awali segala sesuatunya untuk kebaikan dari Diri Kita Sendiri.

7. Pastikan Kita sudah melakukan yg terbaik dan 'Beramal' hari ini, Baik dengan :
» Materi,
» Ilmu,
» Tenaga,
» 'Senyum yg Tulus'...

8. Para Pembohong akan
'Dipenjara oleh Kebohongannya' sendiri.
Orang yg Jujur akan
'Menikmati Kemerdekaan' dalam Hidupnya.

9. Bila Memiliki 'Banyak Harta', maka Kita lah yg akan 'Menjaga Harta'.
Namun Jika Kita Memiliki 'Banyak Ilmu', maka Ilmu lah yg akan 'Menjaga Kita'.

10. Bila 'Hati Kita Bersih',
Tak ada Waktu untuk :
» Berpikir Licik,
» Curang,
» Dengki,
terhadap Orang lain.

11. Bekerja Keras adalah 'Bagian dari Fisik', Bekerja Cerdas merupakan 'Bagian dari Otak', sedangkan Bekerja Ikhlas adalah
'Bagian dari Hati'.

12. Jadikanlah setiap 'Kritik' bahkan 'Penghinaan' yg Kita Terima sebagai 'Jalan Perbaiki Diri'.

13.Kita tidak pernah tahu Kapan 'Kematian' akan 'Menjemput. Tapi Kita Tahu kematian itu pasti datang.  Dan seberapa Banyak Bekal yg Kita Miliki untuk Bekal Menghadapinya.

Semoga Bermanfaat.

"Karunia Kesehatan"

Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan  (keselamatan ). (HR.Ibnu Majah).

Sabtu, 19 Mei 2018

"TRAINING SEFT TOTAL SOLUTION"

🍄TRAINING SEFT TOTAL SOLUTION  SEMARANG.🍄

Assalamu'alaikum wr wb

Apakah ini yg Anda inginkan???📩

🌈.Memiliki Skill PRAKTIS Penyembuhan untuk penyakit kronis seperti : Vertigo,hipertensi ,maag akut, diabetes, stroke,kanker dll.

🌈.Dan Juga tuk skills psikis seperti Kecanduan,Phobia,anak ngompol, Stress,Sulit memaafkan, teraphi berhenti merokok dll

🌈 Memiliki skills untuk hubungan keluarga yg harmonis, penuh kebahagiaan,mampu menghadapi tantangan jaman.

🌈. Mengatasi berbagai masalah FISIK & EMOSI dlm wkt 5-50 menit

🌈 Meraih yg kita inginkan, menjadi orang yang selalu BERUNTUNG,  menjadi Magnet KEBAIKAN

🌈 Menjadi orang yang BERMANFAAT bagi banyak orang

🌈Meraih KEDAMAIAN HATI dengan membersihkan sampah2 emosi negatif

🌈 Meraih KEBAHAGIAAN Tanpa Syarat

*FULL PRAKTEK*
*BERGARANSI*

IKUTI......

*Training SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) for TOTAL SOLUTION*

@investasi:
*Harga PROMO:*
*DISKON 1 juta*
Hanya: 2.500.000 utk pendftr calon peserta pertama 10 org

Peserta dr luar kota ada fasilitar kmr htl 2 mlm dg hrg 3,5 jt

Harga NORMAL Rp. 3.500.000

*FASILITAS:*
1. Sertifikat
2. Exlusive manual training
3. Lunch + coffee break
4. Boleh mengulang di materi yang sama

5. Garansi 100% uang kembali jika tidak ada manfaatnya

EO Training SEFT. Semarang ,
Rita Purnamiaty

Transfer ke Rekening
Mandiri no.1350005960859
a/n Rita Purnamiaty

Pendaftaran
Ibu Endang S,  SHT
WA 08161928845

Sekilas tentang SEFT :
http://bit.ly/1CL2kPi‎

Kamis, 17 Mei 2018

"Berserah Diri Hanya Kepada-Nya"

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 
yaaa ayyuhan-naasu'buduu robbakumullazii kholaqokum wallaziina ming qoblikum la'allakum tattaquun

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com