Minggu, 20 Mei 2018

"MERAIH RIDHA ALLAH SWT"

KUNCI MERAIH RIDHA ALLAH SWT

Pada hakekatnya fikiran, sikap, prilaku, ucapan, perbuatan dan tindakan setiap manusia, adalah dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh pandangan hidup yang diyakininya. Kaum materialis (pengikut filsafat materialisme) misalnya, yang beranggapan bahwa materi --yang merupakan unsur pokok dan hekekat segala sesuatu yang ada-- adalah bersifat abadi (eternal) dan tidak diciptakan oleh siapapun, mereka tidak percaya adanya Tuhan dan kehidupan akherat. Oleh karena itu mereka merasa bebas melakukan apa saja yang mereka kehendaki, tanpa terikat oleh norma-norma agama.
Karena mereka beranggapan bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang final, sesudah mati manusia tidak akan dibangkitkan lagi dari kuburnya untuk dimintai pertanggung jawaban serta menerima balasan dari amal perbuatannya.
Demikian juga kaum idealis (pengikut filsafat idealisme) yang beranggapan bahwa wujud alam semesta ini adalah wujud yang semu, palsu dan hanya bayangan saja. Meskipun mereka meyakini bahwa materi sebagai gejala luar adalah diciptakan oleh apa saja yang disebut “Idea Individual”, atau “Idea Universal”, atau “Idea Absolut”, atau “Universal Will”, atau “Tuhan”, akan tetapi berhubung apa yang mereka aknggap Tuhan--serta berbagai istilah di atas-- bukanlah Tuhan (Allah swt.) menurut konsepsi Al-Qur'an, maka pada hakekatnya mereka juga tidak beriman (percaya) akan adanya Allah swt. serta kehidupan akherat.

Sebagai orang mukmin, kita wajib beriman bahwa alam semesta ini ada dan nyata, bukan hanya bayangan saja. Ia diciptakan oleh Allah swt., akan tetapi tidak bersifat kekal dan abadi. Pada hari kiamat alam ini akan hancur yang menandai berakhirnya kehidupan dunia. Sesudah itu umat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya untuk dimintai pertanggun jawaban dan menerima balasan dari amal perbuatannya, yang sekaligus dimulainya kehidupan akherat yang bersifat kekal dan abadi. Pada hakekatnya kehidupan akherat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia. Dalam arti, jika seseorang ketika hidup di dunia telah menanam kebaikan dengan beriman dan beramal saleh, maka ia akan menikmati hasilnya di akherat.

Dengan mempercayai adanya Allah sebagai Dzat Yang Menciptakan alam semesta serta meyakini adanya kehidupan akherat, maka orang mukmin akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjada fikiran, sikap, perilaku, ucapan, perbuatan dan tindakannya agar sesuai dengan ajaran Allah. Karena tujuan hidupnya bukan untuk memenuhi keinginan hawa nafsu, akan tetapi untuk memperoleh ridha Allah swt. serta kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

PENGERTIAN RIDHA ALLAH
Secara bahasa, ridha berarti memilih atau menerima sesuatu dengan senang hati, seperti dalam al-Qur'an:
ورضيت لكم الإسلام دينا
"...dan telah Ku-ridhai (Ku-pilih) Islam sebagai agamamu" (al-Maidah: 3)

Juga dalam doa yang sering kita panjatkan:
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا
"Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabiku"

Sedang yang dimaksud dengan ridha Allah swt. ialah; Kerelaan, kesenangan dan kepuasan Allah swt. karena melihat para hamba-Nya menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sehingga ia membalas para hamba tersebut dengan balasan yang berlipat ganda serta memberikan anugrah kepada mereka kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Lawan ridha Allah adalah murka (sukht) Allah, sebagaimana doa yang setiap hari kita panjatkan selama bulan Ramadhan:
نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار
"Kami memohon kepada-Mu (agar dianugerahi) ridha-Mu dan surga, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka".

Sebenranya, tujuan utama mencari keridhaan Allah bukanlah untuk memuaskan Allah, karena pada hakikatnya Allah tidak memerlukan hal itu. Akan tetapi justru manusia-lah yang memerlukan keridhaan Allah. Selain itu, bila seseorang mengerjakan sesuatu dengan dilandasi oleh niat untuk mencari ridha Allah, ia akan mengerjakan hal itu dengan senang hati dan sebaik mungkin, sehingga ia akan meraih hasil yang optimal. Bila dipraktikkan dalam dunia kerja dan usaha, maka pola hidup semacam ini (mendasarkan segala sesuatu untuk meraih ridha Allah), akan menambah produktivitas dan profesionalitas kerja, sehingga akan membawa pada kesuksesan dan keberhasilan. Dalam Al-Qur'an Allah memberikan perumpamaan yang indah tentang orang berinfak hanya untuk meraih ridha-Nya, dengan berfirman:
مثل الذين ينفقون أموالهم ابتغاء مرضاة الله وتثبيتا من أنفسهم كمثل جنة بربوة أصابها وابل فآتت أكلها ضعفين فإن لم يصبها وابل قطل والله بما تعملون بصير
"Dan perumpamaan orang-rang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu perbuat." (QS. al-Baqarah : 265)

Sikap hidup mencari ridha Allah ini harus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seriap orang beriman. Ia harus melatih diri untuk selalu melandasi segala aktivitas dan perbuatannya untuk meraih ridha-Nya. Ia harus sabar dan istiqamah dalam mengembangkan sikap hidup semacam ini, agar dapat meraih ridha dan cinta Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah telah menjanjikan:
والذين صبروا ابتغاء وجه ربهم وأقاموا الصلاة وأنفقوا مما رزقناهم سرا وعلانية ويدرءون بالحسنة السيئة أولئك لهم عقبى الدار
"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka baik secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (QS. Ar-Ra'd: 22)

KUNCI MERAIH RIDHA ALLAH SWT
Agama Islam melalui firman Allah swt. dalam kitab suci Al-Qur'an dan hadits Rasul-Nya, telah memberikan petunjuk kepada para pemeluknya tentang bagaimana syarat untuk memperoleh ridha Allah swt, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Beriman kepada Allah swt.
Syarat mutlak bagi orang yang ingin memperoleh ridha Allah swt. ialah beriman akan adanya Allah Dzat Yang Mencipta dan Mengatur alam semesta, beriman kepada para rasul, malaikat, kitab-kitab, hari kiamat dan qadla’ serta qadar Allah swt. iman yang berarti kepercayaan dan keyakinan terhadap keenam rukun iman di atas, harus dijaga, dipertahankan dan bahkan ditingkatkan kualitasnya hingga saat kematian. Jangan sampai tergoyahkan atau terkotori oleh hal-hal yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kemurtadan (konversi agama). Firman Allah dalam surat al-Kahfi ayat 110:
فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه احدا
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang (sesuatu apa) pun dalam beribadat kepada-Nya"

Sebab kalau iman tersebut goyah atau terkotori oleh hal-hal yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kemurtadan, sehingga saat mati dalam keadaan ragu dan murtad, maka ia mati dalam keadaan kafir. Oleh karena itu Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang mukmin agar mempertahankan keimanannya dan tetap beragama Islam hingga datang kematiannya. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 102 sebagai berikut:
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu sekalian mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

2. Beramal saleh.
Sebagai konsekuensi logis dari keimanan kita kepada Allah swt. serta keyakinan kita akan adanya kehidupan akherat, maka kita wajib beramal saleh, baik kepada Allah swt. dengan beribadah kepada-Nya, kepada sesama umat manusia dengan berbuat baik kepada mereka, maupun kepada makhluk yang lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dan kekayaan alam yang lain dengan memanfaatkan sebaik-baiknya serta tidak mengeksploitasi secara berlebih-lebihan. Jika seorang mukmin hanya beribadah kepada allahs wt sementara tidak berbuat baik kepada sesama umat manusia, maka ia termasuk orang mukmin yang kurang baik. Begitu pula jika ia hanya berbuat baik kepada sesama manusia akan tetapi tidak melakukan shalat, puasa dan kewajiban agama lainnya maka ia juga termasuk orang mukmin yang kurang baik. Oleh karena itu kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk beramal saleh dengan beribadah kepada Allah swt. serta berbuat baik kepada sesama umat manusia dan makhluk Allah yang lain, sehingga kita memperoleh ridha Allah swt. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Bayyinah ayat 7-8 sebagai berikut:
إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية جزاءهم عند ربهم جنت عدن تجرى من تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا رضي الله عنهم ورضوا عنه ذلك لمن خشي ربه
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan ialah surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang takut (takwa) kepada Tuhan”.

3. Membimbing nafsu ke arah yang positif.
Agar seseorang memperoleh ridha Allah swt., maka ia harus mampu membimbing nafsunya ke arah yang popsitif. Misalnya nafsu makan, dijadikan dorongan untuk bekerja keras mencari rizki yang halal, nafsu ingin marah dijadikan dorongan untuk membangkitkan semangat untuk berjuang membela kebenaran, nafsu sex dijadikan pendorong untuk melangsungkan pernikahan yang bernilai ibadah dan sebagainya. Apabila seseorang mampu mengarahkan nafsunya ke arah yang positif hingga mencapai nafsu muth’mainnah, maka ia akan meraih ridha Allah swt. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Fajr ayat 27-30 sebagai berikut:
يا أيتها النفس المطمئنة ارجعي إلى ربك راضية مرضية فادخلي فى عبادي وادخلي جنتي

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

4. Selalu mensyukuri nikmat Allah swt.
Sebagai orang mukmin yang telah banyak memperoleh nikmat Allah, baik berupa nikmat iman dan Islam, nikmat sehat jasmani dan rohani, nikmat kemerdekaan, ketenangan dan ketentraman, maupupn nikmat rizki yang cukup dan sebagainya, maka kita wajib selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan memuji-Nya, memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan perintah-Nya serta meningkatkan takwa kepada-Nya. Apabila kita selalu mensyukuri nikmat-Nya, maka Ia akan ridha dan menambah nikmat tersebut kepada kita. Seballiknya jika kita mengkufuri nikmat-Nya, maka Ia akan murka dan menurunkan adzab kepada kita, baik di dunia maupun di akherat. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat az-Zumar ayat 7 sebagai berikut:
إن تكفرون فإن الله غني عنكم ولا يرضى لعباده الكفر وإن تشكروا يرضه لكم

“Jika kamu sekalian kufur, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)-mu dan Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-Nya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia ridha atas syukurmu”.

Demikian juga firman-Nya dalam surat Ibrahim ayat 7 sebagai berikut:
وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzabku sangat pedih”.

5. Berbuat baik kepada orang tua.
Agar memperoleh ridha Allah swt., maka seseorang harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya, dengan mengabdi dan membahagiakan mereka, terutama ibu yang telah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan dan menyusui selama dua tahun. Hal ini disebabkan, karena ridha Allah tergantung akan ridha orang tua. Oleh karena itu selama orang tua tidak menyuruh berbuat syirik (musyrik) dan durhaka kepada Allah swt., maka seseorang wajib taat dan patuh serta menghormati kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak beragama Islam. Karena ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan sahabat Abdullah ibn ‘Amr ibn al-’Ash sebagai berikut:
رضا الله فى رضا الوالدين وسخطه فى سخطهما
“Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua, sedangkan murka Allah tergantung pada murka mereka berdua”.

6. Sabar dan ridha terhadap ketetapan Allah.
Ridha (ikhlas) menerima semua ketetapan Allah merupakan syarat mutlak mendapatkan ridha Allah. Seseorang yang mampu melembagakan sikap suka rela atas perintah dan ketetapan Allah akan disambut oleh ridha Allah pula. Seseorang yang melaksanakan perintah-perintah Allah secara terpaksa tidak akan memperoleh ridha Allah:
لا إكراه فى الدين قد تبين الرشد من الغي
"Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama. Telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah..."  (QS. al-Baqara: 256)

Termasuk dalam hal ini adalah ridha terhadap qadha dan qadar Allah, serta cobaan yang diberikan oleh Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah bahkan mempersilahkan 'mencari tuhan lain' kepada mereka yang tidak menerima ketetapan Allah dengan suka rela:
من لم يرض بقضائي ولم يصبر على بلائي ولم يشكر على نعمائي فليتخذ إلها سوائي
"Orang yang tidak rela atas ketetapan-Ku, tidak sabar atas cobaan-Ku, dan tidak syukur atas nikmat-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku"

Mudah-mudahan kita semua memperoleh pertolongan Allah hingga mampu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya, yang pada akhirnya kita akan memperoleh ridha-Nya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
1. al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, tt
2. Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, tt
3. Al-Jurjani, Kitab al-Ta'rifat, 1969
4. Kamil Thaha al-Dabuni, Tahdzib al-Fardi fi al-Islam, 1978
5. Muhammad Salim Mukhsin, Adab al-Dunya wa al-Din, tt
6. Prof. H. M. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Islam, 2001
7. Hamka, Tasawuf Modern, 1988
8. Dr. Mir Valiuddin, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, 2000
9. Dr. H. M. Hamdan Rasyid, Sufi Berdasi, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar