Kamis, 08 Januari 2015

"APA YANG KAMU SEMBAH...?"



       


أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

“Asyhadu an laa ilaaha illallaah”
“Aku bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.”

Kalimat ini, yang dengannya tegak bumi dan langit, yang dengannya Allah ciptakan seluruh makhluk dan mengutus seluruh Rasul. Dengan kalimat ini Allah menurunkan Kitab-Kitab-Nya, Allah menetapkan syari’at-syari’atnya, dan dengan kalimat ini Allah tegakkan timbangan-Nya, Allah letakkan semua catatan amal, dan dengannya manusia digiring ke Surga atau ke Neraka.

Dengan kalimat ini manusia terbagi menjadi dua, yaitu mukminin ( orang-orang yang beriman) dan kuffar ( orang-orang kafir), orang-orang yang baik dan yang jahat. Kalimat ini merupakan sumber dari ciptaan dan perintah, ganjaran dan siksa, dan kalimat ini merupakan kalimat hak, yang dengannya Alah ciptakan serluruh makhluk dan tentang kalimat ini dan hak-haknya terhadap kalimat ini, manusia akan ditanya dan dihisab.

Dengan kalimat ini pula, Kiblat dan agama ini ditegakkan, dihunusnya pedang dan ditegakkan jihad fii sabilillaah, dan ini merupakan hak Allah yang wajib dipenuhi oleh seluruh hamba-Nya.

Kalimat “Laa ilaaha illallaah” merupakan kalimat Islam dan kunci untuk masuk ke dalam Surga. Dengan kalimat ini seluruh makhluk yang pertama dan terakhir akan ditanya oleh Allah, serta tidak akan bergeser kedua kaki hamba-Nya di Hari Kiamat di hadapan Allah, sehingga dia di tanya oleh Allah tentang dua masalah:

Pertama: ما ذا كنتم تعبدون
“Apa yang kalian sembah?”

Kedua: و ما ذا ا جبتم المر سلين
”Bagaimana kalian memenuhi panggilan para utusan-Ku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)?”

 
Jawaban yang pertama yaitu dengan mengimani kalimat “Laa ilaaha illallaah”, dengan mengucapkannya, mengetahuinya dan mengamalkannya.

Adapun jawaban pertanyaan kedua adalah dengan mengimani bahwa Muhammad adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengucapkannya, menetapkannya, dengan menaati dan tunduk kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

“Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang amanah atas wahyu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan Allah kepada seluruh makhluk yang ada, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan Allah kepada para hamba-Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam diutus dengan membawa agama yang lurus, dengan manhaj yang lurus sebagai rahmat bagi sekalian alam, sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa, sebagai hujjah/bukti kebenaran atas seluruh makhluk-Nya. Allah mengutus beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjadi masa kekosongan para Rasul, Allah tunjuki dengannya jalan yang paling lurus, dan jalan yang paling jelas.

Allah wajibkan atas seluruh hamba-Nya untuk menaati, menolong, membantu, menghormati, mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan menegakkan hak-hak atas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua jalan akan ditutup oleh Allah, kecuali jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada jalan yang dapat membawa seseorang masuk ke dalam Surga kecuali dengan mengikuti jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah jadikan kerendahan dan kehinaan bagi orang-orang yang menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau :

بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ بَيْنَ يَدِي السَّاعَةِ حَتَّى يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَ جُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي ، وَ جُعِلَ الذِّلَةُ وَ الصَّغاَرُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ ، وَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Aku diutus dengan pedang di hadapan Kiamat, sehingga Allah di sembah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan panahku, dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang-orang yang menyalahi perintahku, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (II/50,92), dari Shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum. Dihasankan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalany dalam Fat-Hul Baari (VI/98)).

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

“Maka sesungguhnya, Kami akan menanyai ummat-ummat yang telah diutus Rasul-Rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-Rasul (Kami).” (QS.Al-A’raaf: 6).

Juga firman Allah Ta’ala :

وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ

“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka seraya berkata: ’Bagaimana jawabanmu terhadap seruan para Rasul?’” (QS.Al-Qashash: 65)

Ayat tersebut menjelaskan tentang bagaimana kita seharusnya beribadah kepda Allah. Apakah kita mentauhidkan Allah dalam beribadah? Mengikhlaskan setiap amal ibadah kita karena-Nya? Hal ini merupakan pertanyaan besar yang akan ditanyakan oleh Allah kepada seluruh hamba-Nya.

Ya Rabbi… bimbinglah kami agar selalu mengikhlaskan amal ibadah kami hanya untuk Engkau semata. Ampunilah dosa-dosa kami dan masukkanlah kami kedalam golongan hamba-Mu yang beruntung…

Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar